Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Menikmati Batagor "Mang Ade" di Bandung

29 November 2020   00:06 Diperbarui: 29 November 2020   00:23 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baso Tahu Goreng (Batagor) adalah jajanan berupa makanan ringan khas kota Bandung yang diserap oleh Sunda dan dibuat dari gaya Tionghoa-Indonesia, berada di Jawa Barat dan sekarang sudah terkenal di semua wilayah Indonesia" (Wikipedia)

Siapa yang tidak kenal Batagor? Yup! Bagi anda orang Sunda pasti sudah mengenal bahkan menjadikannya daftar dalam list makanan favorit masing-masing.

Selain orang Sunda saya yakin ada diantara pembaca yang sudah mengenal serta mencicipi salah satu makanan ringan khas daerah Bandung ini.

Kemarin ketika selesai acara turun hujan rintik-rintik di Kota Kembang, saya berteduh di sebuah warung kopi, iya saya juga adalah memang pecinta kopi.

Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB dan cuaca sangat mendukung untuk mengisi perut yang sedari tadi keroncongan, kedinginan.

Bukan lapar, tetapi hanya menagih sedikit suplemen makanan guna bertahan dalam waktu tempuh perjalanan yang kurang lebih memakan waktu sekitar kurang lebih 7 jam lagi untuk kembali ke Statsiun Bandung.

Bukan tidak bisa langsung pulang atau menuju statsiun Bandung, tetapi jadwal keberangkatan kereta terakhir adalah sekitar jam 10 malam.

Mengisi waktu sebelum jam tersebut saya mencoba berkeliling Bandung tetapi sebelum itu, pandangan mata saya tertuju pada sosok bapak tua yang berteduh pada sebatang pohon.

Gerobak Batagor Mang Ade ( Dokumentasi Pribadi)
Gerobak Batagor Mang Ade ( Dokumentasi Pribadi)
Menikmati Batagor "Mang Ade" di Bandung

Bukan hanya sosok bapak tua yang berteduh pada sebatang pohon yang saya perhatikan, tetapi jajanannya juga, Batagor.

Mang Ade ternyata namanya, adalah sosok bapak tua yang berjualan Batagor di Jalan Kawaluyaan Indah III, Jatisari, Kecamatan Buahbatu, Bandung Jawa-Barat.

Lokasinya tepat didepan Masjid Jami Al-Kautsar, di perempatan di seberang jalan kantor Dispusipda Provinsi Jawa Barat.

Mang Ade yang satu ini jelas bukan Mang Ade Odading ya , tetapi selain Odading , cilok, , siomay , seblak , dan lainnya , batagor juga adalah salah satu jajanan ciri khas kota ini.

Bapak berusia sekitar 70 tahunan atau mungkin lebih ini sudah lama menjual batagor di Bandung, sekitar 30-40 tahunan katanya, berarti usianya saat itu sekitar 30-40 tahun juga ketika merintis usahanya.

Sudah sepuh tetapi masih cekatan dan mau berusaha dengan jalan yang halal adalah suatu contoh inspirasi bagi saya dan yang lainnya.

Ketika saya tanya sedikit tentang pribadinya banyak anak dan cucunya tetapi belum ada yang mewarisi bakat sepertinya menjual batagor.

Foto Mang Ade dan Batagornya (Dokumentasi Pribadi)
Foto Mang Ade dan Batagornya (Dokumentasi Pribadi)
Karena anak-anaknya sudah sekolah tinggi-tinggi katanya dari hasil menjual batagor tersebut dari sejak puluhan tahun yang lalu.

Sembari berbincang saya memohon ijin untuk memfoto beliau dan diperbolehkan, juga untuk dijadikan sebagai sumber tulisan beliau mengangguk.

Jangan sampai seperti saya, anak-anak saya harus menjadi "orang"sahutnya, padahal batagornya enak dan saya berfikir harus ada penerus warisan gerobaknya. Hehehe

Orang menurutnya mungkin versi yang berbeda dengan versi sederhana saya, bahwa menjadi orang seperti Mang Ade juga perlu kekuatan dan keberanian khusus yang keren lah pokoknya mah! Hihihi

Lalu saya berbincang perihal harganya, sangat murah dengan kocek Rp. 5000-10.000 / porsi cukup membuat perut tersenyum dan bersendawa.

Jika anda melewati jalan ini jangan lupa untuk mampir ya gaess! Karena selain orangnya ramah selalu beliau memberikan bonus satu biji batagor jika membelinya.

Meskipun saya sudah menolaknya, namun beliau tetap melebihkannya. Bukan apa-apa saya hanya bersimpati saja, setelah tahu saya dari luar kota.

Jika ditanya beliau pasti menjawab 1 potong batagor hanya Rp. 1000,-. Murah meriah kan ya gaess?! Tetapi saya tetap membelinya 10 potong, dan beliau sangat cekatan mengguntingnya satu persatu jadi kecil-kecil.

Beliau menceritakan awalnya berjualan didepan toko serba ada, atau semacam toko middle market namun setelah lama berjualan di sana, beliau di pinta semacam bayaran atau biaya mangkal.

Padahal beliau hanya mangkal tidak membuka toko, atau gerobak paten disitu. Akhirnya beliau pindah mangkal di depan masjid.

Banyak pembeli dan peminatnya saat saya kesitu, rupanya batagor beliau sudah terkenal sejak dulu sampai kini, tidak salah rupanya saya membeli.

Batagor terdiri dari dua macam penyajian, batagor kering dan batagor basah, tetapi saya lebih menjual batagor kering karena praktis, katanya beliau.

Terlepas dari dua jenis batagor ini, saya pun lebih menyukai batagor kering seperti tertera pada gambar utama di atas.

Yang membedakan batagor kering dan basah adalah dari bumbunya saja jika batagor kering dilumuri bumbu kacang, sedangkan basah menggunakan kuah seperti kuah bakso.

Dilansir dari Kompas.com tentang makanan khas ini sebagai berikut :

"Cara Membuat Batagor Bandung ala Abang Penjual" ( Kompas.com/Minggu, 06 September 2020 )

Batagor sudah ada sejak saya usia dini, saat itu kakak perempuan saya selalu menyuruh saya membeli batagor di salah satu warung di depan kantor desa yang terkenal.

Saat itu saya jadi mengenal makanan satu ini, karena ragam isi makanannya yang terbuat dari bahan utama aci (tepung tapioka), ikan, tahu juga sambal kacang.

Ada juga yang bahannya sederhana tidak memakai ikan, harga terjangkau sekali untuk jajanan anak-anak PAUD & SD.

Sejak kecil saya selalu menggandrungi makanan ini, enak sih menurut saya apalagi untuk menjadikannya salah satu hobi jajanan kuliner pribadi.

Begitupun ketika berkunjung ke Bandung saya sempatkan untuk mencari jajanan khas kota ini agar suatu saat saya dapat mengunjunginya kembali untuk silaturahmi, sekedar jajan lagi maksudnya.

Jajanan bagi saya tidak harus selalu mewah dan wah, tetapi mengandung unsur harga terjangkau "apalagi kondisi tanggal tua, yang bagi saya sama saja. hahaha"

Indonesia kaya akan kuliner dan jajanan serta makanan khasnya, tinggal kita sebagai penduduknya menghargai dan mengangkat derajatnya kembali secara terus menerus agar tidak hilang ditelan jaman.

Semoga kita selalu sehat dan dapat memetik hikmah dari orang sekitar yang dijumpai serta menjadikannya sumber inspirasi bagi diri pribadi juga orang lain.

Salam. Emak-emak biasa aja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun