Meskipun saya sudah menolaknya, namun beliau tetap melebihkannya. Bukan apa-apa saya hanya bersimpati saja, setelah tahu saya dari luar kota.
Jika ditanya beliau pasti menjawab 1 potong batagor hanya Rp. 1000,-. Murah meriah kan ya gaess?! Tetapi saya tetap membelinya 10 potong, dan beliau sangat cekatan mengguntingnya satu persatu jadi kecil-kecil.
Beliau menceritakan awalnya berjualan didepan toko serba ada, atau semacam toko middle market namun setelah lama berjualan di sana, beliau di pinta semacam bayaran atau biaya mangkal.
Padahal beliau hanya mangkal tidak membuka toko, atau gerobak paten disitu. Akhirnya beliau pindah mangkal di depan masjid.
Banyak pembeli dan peminatnya saat saya kesitu, rupanya batagor beliau sudah terkenal sejak dulu sampai kini, tidak salah rupanya saya membeli.
Batagor terdiri dari dua macam penyajian, batagor kering dan batagor basah, tetapi saya lebih menjual batagor kering karena praktis, katanya beliau.
Terlepas dari dua jenis batagor ini, saya pun lebih menyukai batagor kering seperti tertera pada gambar utama di atas.
Yang membedakan batagor kering dan basah adalah dari bumbunya saja jika batagor kering dilumuri bumbu kacang, sedangkan basah menggunakan kuah seperti kuah bakso.
Dilansir dari Kompas.com tentang makanan khas ini sebagai berikut :
"Cara Membuat Batagor Bandung ala Abang Penjual" ( Kompas.com/Minggu, 06 September 2020 )
Batagor sudah ada sejak saya usia dini, saat itu kakak perempuan saya selalu menyuruh saya membeli batagor di salah satu warung di depan kantor desa yang terkenal.
Saat itu saya jadi mengenal makanan satu ini, karena ragam isi makanannya yang terbuat dari bahan utama aci (tepung tapioka), ikan, tahu juga sambal kacang.