Beliau bilang tidak jualan di kampung sendiri tetapi sudah sering jualan ke tempat lain walau dengan menaiki mobil omprengan atau angkutan umum.
Waktu muda tidak banyak yang beliau kisahkan, tetapi hanya sedikit saja. Seperti pernah pergi ke sawah dan lain sebagainya.
Berdagang atau berjualan sudah menjadi hobi beliau sejak lama, makanya ketika tua pun beliau bilang sangat pegal jika kakinya tidak melangkah untuk pergi berjualan.
Sosok inspiratif Ema Ompong, dalam usia senja masih mau mencari rezeki dengan cara yang halal yaitu berjualan tanpa meminta-minta adalah suatu hal yang patut diacungi jempol.
Tidak sedikit juga yang masih muda meminta-minta dan mengemis di jalanan, padahal tenaga masih kuat dan bisa mencari rezeki yang halal seperti Ema Ompong ini.
Semoga kisah ini dapat menjadi contoh yang baik dan berharga dikalangan masyarakat dan di belahan kota manapun.
Ternyata masih banyak pejuang tangguh pencari rezeki bahkan sosok inspiratif disekitar kita. Mereka bisa dijumpai kapan saja dan dimana saja.
Semoga Emak Ompong selalu sehat dan saya tetap mengingatkan beliau untuk selalu memakai maskernya, tentu dengan membeli dagangannya dan mengucapkan hati-hati dijalan kepadanya.
Sebuah perjalanan hidup yang berharga yang didapat dari mana saja. Semoga dapat menginsipirasi sesama untuk lebih peka terhadap siapapun sekitar kita.
"Kecimpring dan Sinetron Preman Pensiun" (Kompasiana.com/22 Juni 2015/Adityafirman)
Dalam artikel tersebut disebutkan di Bandung dalam film garapan alm. Didi Petet tersebut Kicimpring bisa didapatkan di sana, padahal di Provinsi Jawa Barat pun bisa didapatkan juga di setiap daerahnya seperti : Subang, Purwakarta dan lainnya. Nah apakah di daerah pembaca ada juga makanan sejenis ini dan apa namanya?