Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Suka Duka Menjadi Guru PAUD

21 Oktober 2020   23:13 Diperbarui: 23 Oktober 2020   02:48 2748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Materi Menulis Guru Paud (Dokumentasi Pribadi Hana Marita Sofianti)

"Jangan Remehkan Guru PAUD" (Founder Warga Kota)

Kalimat di atas saya ambil ketika kelas menulis ke-2 di Komunitas Menulis Guru PAUD (KMGP) bersama Founder Warga kota yang bekerja sama dengan Perpusda Purwakarta dan Organisasi Mitra PD Himpaudi Kabupaten Purwakarta.

Sebuah ide tulisan yang diangkat dikelas menulis ini sangat menarik perhatian saya selaku Guru Paud, Praktisi Paud, Ketua Lembaga, Pengurus Organisasi, Founder KMGP, penulis, plus pegiat literasi yang menjadi narasumber dalam acara hari ini.

Rabu, 21 Oktober 2020 tepatnya hari ini telah terlaksana kegiatan kelas menulis yang ke-2 dihadiri oleh peserta dari PC ( Pimpinan Cabang) /perwakilan dari masing-masing Kecamatan sejumlah 14 orang (14 PC) dari 17 Kecamatan.

Jumlah peserta terdaftar melebihi kapasitas kuota sehingga diberlakukan seleksi atas jumlah peserta yang hadir, tentu saja dibatasi dikarenakan pandemi.

Semua peserta yang hadir diwajibkan menggunakan protokol kesehatan, menggunakan masker dan tersedianya fasilitas mencuci tangan di Perpusda Purwakarta.

PD Himpaudi Kabupaten Purwakarta, Dewi Ratnengsih. S.Ag memberikan sambutannya setelah ibu Kabid Perpusda dilanjutkan oleh Duta Baca Jawa Barat Sony Herdiansyah.

Beliau, jauh-jauh hari sebelum kelas menulis yang pertama kemarin dilaksanakan sebenarnya sudah membuat tiket kelas dengan saya sebelumnya terlebih dahulu.

Tidak ada kata terlambat untuk mencari ilmu dan berkarya secara nyata bersama-sama. Kelas ini disponsori oleh salah satu produk nasional dan salah satu perusahaan percetakan digital di Kota Purwakarta.

Selain daring dan luring, Zoom Meeting, Webex, untuk menjawab kegelisahan Setiap Guru Paud yang haus akan materi atau ilmu, saya sebagai narasumber juga memberikan materi kepenulisan, membagikan pengalaman panjang dalam mengembangkan organisasi profesi tentang Paud.

Ke depannya para guru Paud akan dipandu dan diarahkan kepada hal yang positif tentang kepenulisan baik itu di medsos atau lainnya dan menjadi sebuah karya nyata bersama.

Foto KMGP dokumentasi pribadi Hana Marita Sofianti
Foto KMGP dokumentasi pribadi Hana Marita Sofianti
Suka Duka Menjadi Guru Paud

Pertama kali adalah Tutor Paud, Pamong Paud hingga berkembang dan layak disebut Guru Paud dan ada yang di sebut Guru Pendamping, dan Guru Pendamping Muda.

Sudah 15 Tahun saya berdiri sebagai Guru Paud, Pengurus Lembaga, Ketua Lembaga, selanjutnya menjadi Kepala Sekolah, sehingga menjadi pemerhati dikalangan Guru Paud karena pengalaman tersebut.

Usia Remaja, saya hadir dan ada sejak Organisasi Himpaudi pertama kali dibentuk, jadi saya tahu persis sejarah panjang Himpaudi dari waktu ke waktu.

Usia Himpaudi juga sama dengan usia Lembaga Sekolah yang saya rintis. Beda tipis. Karena program Paud ini sudah terbentuk sebelum Organisasi Himpaudi ada.

Kenapa saya membuat kelas menulis? Karena dengan menulis otomatis kita mau membaca. Memang tidak menjadi jaminan dengan membaca jadi bisa menulis. Tetapi mencoba lebih baik daripada tidak sama sekali.

Tujuan saya hanyalah membuka jalan dan wawasan kepada setiap guru Paud baik yang baru atau pun yang sudah lama usia mengajarnya lebih daripada saya.

Pengalaman tersebut saya jadikan cermin sehingga tertuanglah dalam satu tulisan, Suka Duka Menjadi Guru Paud, sebagai berikut:

1. Profesi yang Lillah bukan Lelah

Sebagaimana sering digaungkan oleh pengurus pusat, daerah dan cabang menjadi guru Paud adalah kerja Lillah bahkan terkenal dengan gaji Sajuta-nya yaitu kepanjangan dari Sabar Jujur dan Tawakal/Takwa.

Sebuah keputusan yang tidak mudah ketika kita terjun kedalam dunia anak secara kebetulan atau pun kesengajaan.

Guru Paud adalah sebuah Profesi yang tidak seorang pun dapat menebak-nebak apa pekerjaan sehari-harinya.

Dibilang Lelah ya memang lelah, tetapi lelah itu tergantikan dengan Lillah. Ada kebahagiaan tersendiri ketika anak yang kita didik berhasil suatu saat nanti, dikemudian hari.

2. Menyenangkan bukan mengenyangkan

Sebagaimana kisah suka duka menjadi guru Paud, ketika kita di bayar atau digaji seminim mungkin pada awalnya.

Jika niatnya hanya untuk bekerja saja maka patokan terakhirnya adalah Rupiah sekian dan sekian. Maka itu bukan skala prioritasnya.

Tetapi tidak bagi saya khusunya, umumnya bagi semua guru Paud. Saya yakin ada yang berpengalaman dibayar Rp 50 ribu per bulannya ketika awal Paud booming pertama kalinya.

Pengalaman saya dulu pertama kali Paud berdiri identik dengan sekolah gratis bahkan tanpa pun gutan, tanpa iuran/bayaran SPP.

Seiring berjalannya waktu terbentuklah komite orangtua, sehingga gaji guru Paud saat itu di bawah Rp. 200 ribu per bulan

Jadi jika niatnya hanya mengenyangkan maka tidak akan menyenangkan. Sebaliknya jika niatnya menyenangkan secara psikologis sudah mengenyangkan.

3. Hujatan dimana-mana

Pengalaman saya ketika mendidik anak usia dini, untuk mengenal aksara, mengembangkan dalam berbahasa, nilai moral agama spiritual, kognitif, fisik motorik dan seni sangat banyak.

Juga supaya anak-anak dapat pembelajaran yang layak itu tidak mudah. Mendidik anak pun tidak mudah, supaya menjadi anak yang mandiri dan lain sebagainya.

Ada masa-masa dimana saya dihujat, dihina, dipandang sebelah mata. Tetapi saya tetap bertahan untuk mendidik anak dengan mencontohkan nilai-nilai guru yang bermental kuat seperti baja.

Niat saya mengajar, ikhlas untuk anak usia dini di kampung saya yang sangat saya cintai. Maka dari itu saya berjuang dengan harapan demi masa depan anak usia dini yang lebih baik lagi.

Perkembangan tentang anak usia dini dapat di simak di bawah ini :

"PAUD Perlu diatur Kembali Dalam UU Sisdiknas" (28 Januari 2020/Komisi X DPR-RI)

Didalamnya disebutkan bahwa Paud terbagi dua, formal dan non formal. Bagaimana keduanya bisa dipandang setara atau sama rata sehingga tidak ada kesenjangan sosial dikalangan guru Paud.

Salam. Guru Pembelajar.

Hana Marita Sofianti

Purwakarta, 21 Oktober 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun