Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

6 Alasan Penulis Mengedit Tulisannya

14 Oktober 2020   05:58 Diperbarui: 16 Oktober 2020   17:32 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan  :

"Kami bertiga cemas dan ingin sekali berkeluh kesah"

Lalu diedit :

"Mereka cemas dan ingin sekali berkeluh kesah"

Di atas adalah salah satu contoh tulisan yang tidak masalah ketika gaya tulisannya diedit. Tidak merubah makna dan kaidahnya. Tetap indah dan sreg untuk dibaca.

Saya bukanlah seorang ahli bahasa, bukan kapasitas saya membahasnya, tetapi bergabung di 'Kers (Sebutan untuk Kompasaianers) ini membuat saya mempelajari banyak kosa kata, dari kata, kalimat, ataupun cara menyampaikan pesan atau sesuatu didalam tulisan.

Setelah membaca artikel beberapa 'Kers yang muncul di beranda, seperti tentang :

"Penulis yang Tidak Sudi Tulisannya Diedit (Syarifah Lestari) "

hingga tulisan artikel seperti ini:

"God Damn! Sebagian Besar Artikel-artikel Saya Dijiplak Orang Tanpa Izin. (Guido)"

Saya sendiri adalah salah satu korban penulis yang karyanya di plagiat orang lain di beranda blog yang lain dan tidak bertanggungjawab selain disini di 'Kers.

Tidak bermaksud untuk membenarkan pengeditan tulisan, tetapi siapapun pasti mempunyai kendala dan alasan dibalik pengeditan tulisannya, baik yang tidak merubah makna ataupun yang merubah maknanya.

Karena seperti halnya hasil tulisan yang murni, asli alias original dari pemikiran sendiri maka tidak ada seorangpun yang dapat menggugat ataupun meniru tulisannya selain penulisnya itu sendiri termasuk memperbaikinya.

Nah, berdasarkan pengalaman saya selama nulis di ruang 'Kers ini, ada beberapa alasan yang nyata kenapa seorang penulis mengedit tulisannya versi pengalaman saya berikut ini :

6 Alasan Penulis Mengedit Tulisannya

1. Memperbaiki kata & angka

Setelah ditinjau ulang penulis mendapatkan salah kata & angka, baik itu yang berhubungan dengan aturan sesuai kaidah KBBI atau sejenisnya. Nah untungnya di Kers ini ada kolom edit dan kita selamat mengedit tulisan kita dengan baik. Hihihi

Sebagaimana pengalaman saya ketika menulis dan sebelum tayang maka saya preview terlebih dahulu, tetapi ketika yakin sudah baik dan benar ternyata masih saja ada kata dan angka yang kurang ditulis seperti penulisan untuk kata Magic Cheese padahal Magic Chess auto typo jempolnya, untuk tahun misalnya 20 padahal maksudnya 2020 atau 2008. Langsung deh meluncur ke tombol edit.

2. Memperbaiki Ada Tulisan yang Kurang tepat

Nah lho! Kok bisa kurang tepat. Iya sesuai pengalaman saya menulis juga bahwa ketika ditinjau ulang makna dari tulisan tersebut ada suatu hal yang kurang tepat, kenapa?

Karena itu adalah tulisan kita, dan kita berhak untuk melakukan evaluasi sesuai dari kejadian nyata di lapangan. Diibaratkan Observasi maka hasilnya pun akan diperbaiki asal tidak plagiat dan mengandung unsur SARA.

Bukan hendak menghapus atau menghilangkan suatu hal dalam tulisan, akan tetapi lebih kepada memperbaikinya.

Lain lagi halnya ketika sudah masuk editor percetakan, apalagi sudah dicetak duh berabe! Bersyukur di Kompasiana ini ada tombol Edit, Preview dan Tayang. Terima kasih!

3. Terburu-buru dalam menuliskannya

Alasannya supaya tidak kehilangan inspirasi, penulis terlalu terburu-buru untuk menuliskan tulisannya dan segera menayangkannya.

Ternyata ada bagian yang tidak sesuai kenyataan, artinya setelah ditinjau ulang ada yang tidak sesuai kondisi dan kejadian asli dari kisahnya atau harus diperbaiki. Lalu mengeditnya. Deal kan?!

4. Tinjau Ulang kembali Tulisan

Seperti contoh : ketika kisah didalam tulisan pencetus idenya A atau B, setelah ditinjau ulang beberapa kali, bukanlah nama lembaga tersebut, tetapi sebenarnya adalah komunitas 'Kers dan lembaga yang berhubungan dengan literasi karena memang kegiatan sudah berjalan sebelumnya beberapa kali di dinas terkait juga. Maka wajib tulisan ditinjau ulang kembali, diedit dan diperbaiki.

5. Cek dan Ricek Tulisan

Di dalam tulisan, contoh : bahwa setiap kegiatan yang dilakukan adalah murni hasil dari pemikiran dan rencana dari Komunitas 'Kers dan lembaga kedinasan terkait serta narasumber sebagai pencetusnya yaitu penulis itu sendiri.

Memintanya untuk melebarkan sayap dan kebetulan tidak hanya satu orang dan tidak hanya satu organisasi yang berminat tetapi rekan-rekan organisasi lainnya ikut antri jauh sebelum yang terdepan menanti. Jadi setelah di cek dan ricek data diedit dan memang kredibel dan sesuai fakta di lapangan.

6. Miss Komunikasi dan Kesalahan Fatal

Di artikel yang saya baca ada penulis yang tidak sudi tulisannya diedit, maka itu adalah salah satunya awalnya mungkin karena Miss Komunikasi atau kesalahan fatal yang terjadi di lapangan terhadap komunitasnya. Sama dengan yang terjadi pada penulis yang diedit tulisannya.

Sebagaimana menulis atau penulisan adalah menginformasikan suatu hal yang bermanfaat dan berguna bagi pembaca, maka kita wajib memberikan pesan yang terbaik dan sebenarnya serta sesuai fakta kenyataan yang terjadi di lapangan dan meluruskannya.

Ketika salah dan fatal maka kita akan menggiring opini publik kepada hal yang fatal juga dan bisa membuat salah faham bahkan dapat memakan korban dan berdampak buruk. Sebagai penulis harus bertanggung jawab akan hal ini. Jadi jelas, harus diedit tulisannya bahkan paling akhir adalah menghapusnya.

Mengingat artikel yang saya baca juga :

"Bagaimana Jika Artikelmu di Kompasiana Memakan "Korban" dan "Berdampak Buruk"? (Hendra Wardhana)


dokpri. credit: canva
dokpri. credit: canva
Menjadi penulis memang susah-susah gampang, selain hobi,tanggung jawab moral dan mereviewnya, mengedit tulisannya sesuai kenyataan juga tidak mudah. Karena kita yang terjun langsung didalam kegiatan dan penulisannya.

Ketika menulis juga saya sarankan untuk tidak terburu-buru dalam menuliskannya. Minimal ada di draft terlebih dahulu untuk meninjau ulang, seperti tulisan ini ketika akan saya tayangkan.

Seorang penulis bukanlah manusia sempurna yang tidak pernah salah dalam penulisannya baik isi dan maksud tujuannya, saya yakin penulis disini ada beberapa yang memiliki pengalaman atau hal yang serupa dengan saya.

Jangan takut ketika kita hendak mengedit tulisan kita sendiri, selama itu sesuai fakta apalagi dengan tujuan yang benar dan meluruskan kisah nyata atau sejarahnya, tetapi jika tulisan sudah benar dan kredibel saya sarankan agar tidak diedit.

Nah, apa alasan 'Kers mengedit tulisannya? Silahkan berbagi.

Salam. 

Purwakarta, 14 Oktober 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun