Sungguh kejadian itu sangat keji dan meninggalkan dampak psikologi negatif bagi setiap warga yang berada di situ khususnya dan umumnya bagi negara. Apalagi kejadian berlangsung di depan anak-anak tahfidz bahkan ada balita juga di panggung tersebut.(video kejadian ada di sini)
Tentu saja sebagai guru PAUD saya sendiri sangat khawatir dengan anak-anak yang ikut serta hadir di situ karena akan menjadi bentuk traumatik dan contoh yang buruk.
Bukan apa-apa, bagaimanapun anak mempunyai sensor motor daya ingat yang kuat dan hal ini tentu saja akan berdampak secara psikologi terhadap anak yang berada di lokasi kejadian tersebut di kemudian hari.
Masih ingatkah kita dengan kejadian penusukan terhadap Menkumham Wiranto?Â
Secara gamblang Presiden Joko Widodo menyebut pelaku penusukan sebagai teroris (Kompas.com). Lalu bagaimana dengan pelaku penusukan terhadap Syekh Ali Jaber? Apakah akan disebut teroris juga?
Kita lihat saja nanti reaksi dari pemerintah, khususnya Bapak Presiden. Semoga beliau turut andil dalam kasus ini karena nama baik bangsa ada di tangan beliau juga.
Bila diteliti kejadian radikal di negeri kita ini bukanlah hal yang pertama kali ataupun dua kali terjadi. Banyaknya kasus penusukan membuat pe-er besar bagi seorang pemimpin, setiap aparat keamanan negara, beserta jajarannya.
Sangat disayangkan negara dengan begitu banyak ragam sisi perbedaan dan selalu menyanjung tinggi nilai toleransi tercoreng dengan kejadian ini.
Tidak bermaksud menghakimi, hanya sebagai warga negara turut mengingatkan bahwa terorisme tidak hanya ditujukan kepada seorang yang identik dengan suatu agama tertentu saja, tetapi terorisme memang harus dimusnahkan bahkan ditiadakan di muka bumi ini.
Jangan sampai terorisme menjadi senjata untuk memecah belah umat beragama yang sudah rukun, aman, tentram, dan damai di manapun.Â