Duhai pagi kenapa engkau sepi?
Warnamu jadi mendung kelabu
Semangatku hilang tak menepi
Birumu seakan tak menentu
Hai kawan ingatkah pagi ini
Kita punya janji yang abadi
Bila di kata tak henyak berdiri
Di pagi yang menghampiri
Tatapan kosong di jendela kini
Seakan tak berarti
Semua orang mengunci diri
Karena sesuatu yang pasti
Duhai, Akhirnya pagi lagi
Kutemui kau hari demi hari
Selanjutnya menatap sang mentari
Kadang tiada kadang menghadiri
Cukup aku yang tau kau pagi
Kabutmu indah sekali
Suasana embun sejuk tertimpali
Semerbak daun dan bunga mewangi
Kurang apa lagi, pagi
Semua ku serahkan malamku sampai pagi
Hingga Sang Dewata mengabulkan hati
Hati yang suci di dada terpatri
Singgahlah setiap hari pagi
Engkau akan menemani hati yang sepi
Menawarkan cakrawala dunia
Yang kian hari kian membara
Kemanakah engkau pagi?
Tak kutemukan engkau kembali
Ramaimu telah lama pergi
Melompat bersama bara api
Berlari bersama lantunan emosi
Begitulah puisi ini setiap pagi
Aku tulis dan kutunggu di sudut pagi
Purwakarta, 14 April 2020
Warga Kota Purwakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H