"Seperti halnya orang dewasa, anak-anak pun mempunyai rasa dan hati yang sama ketika rindu melanda...... " (Hana Marita Sofianti)
Kutipan kata -kata di atas adalah sedikit kerinduan yang terpemdam dari seorang guru terhadap anak-anak didiknya seperti saya.
Ya, karena sudah hampir satu bulan lamanya kita semua terpisahkan oleh suasana yang mendadak sepi dan harus mengisolasi diri, tak terkecuai anak-anak didikku yang berusia antara sekitar 3-6 tahun.
Mereka rindu gurunya, begitu juga kami rindu mereka. Tidak ada celotehan manja dan bergelayutan kerudung dan leher setiap harinya.
Biasanya setiap hari setiap pagi kita semua berkumpul, berbaris, bernyanyi, tepuk tangan, bergerak dan jingkrak-jingkrak belajar melalui bermain, bermain untuk belajar, berdoa bersama, makan bersama, mewarnai bersama, ah...... Masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Setelah ada keputusan dan surat edaran bahwa kita harus libur atau belajar di rumah alias School from Home #SfH bagi siswa dan kami pun sebagai guru Work from Home #WfH maka apa boleh buat mau tidak mau harus mentaati aturan tersebut dan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.
Galau pasti iya, mengingat semua kegiatan sehari-hari adalah bersama mereka menemani mereka dari pagi hingga siang hari otomatis lah ada rasa kehilangan yang mendalam, terlebih bagi siswa yang memang selalu bergelayut manja dan merengek ingin di peluk atau di perhatikan.
Saya terus berusaha menenangkan kondisi orang tua dan juga anak-anak didik saya agar tercipta suasana yang produktif dan menyenangkan.
Setiap pagi dalam kondisi waktu yang seperti biasanya masuk sekolah, setiap pagi dari mulai hari Senin sampai Jumat saya menyapa dan memberikan pencerahan bertukar pendapat bahkan sampai curhat emak-emak yang mulai tidak terkendali anak-anaknya.
Jujur, sayapun kangen dengan mereka, alangkah beratnya rindu yang seperti Dilan katakan itu.
Dampak psikologi dari anak didik pun mulai terlihat setelah dua pekan tidak bertemu atau bertatap muka, mengingat ponsel yang mereka gunakan adalah punya orang tua sehingga tidak dapat bersapa dengan anak-anak langsung.
Ketika orang lain menggunakan aplikasi canggih dan lebih moderen dari aplikasi biasanya, seperti google duo, zoom, skype, saya hanya menggunakan aplikasi via Whatsapp saja karena tidak semua orang tua melek internet dan berhubung tidak semua dari mereka mempunyai ponsel pintar menurut pertimbangan saya itu sudah lebih dari cukup.
Pertama-tama saya jadwalkan dulu siapa perharinya yang akan mendapat kejutan dan surprise untuk anak-anak didik saya bertatap muka dengan gurunya yang sudah berat rindunya ini.
Fix lah membuat jadwal terencana dan berstruktur agar semua dapat berkomunikasi dengan baik, tapi mengingat kuota paket internet di ponsel salah satu orang tua juga menjadi faktor dan kendala dalam melaksanakan tugas ini.
Lagi - lagi terbentur problem, namun hal tersebut menjadikan saya pribadi dan orang tua yang lainnya tidak menjadi masalah.Â
Setelah membaca informasi agar guru PAUD, TK/RA/KB/SPS dan lain sebagainya untuk tidak memberikan PR yang di instruksikan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim maka sayapun bertindak dari awal masa karantina untuk lebih memberikan edukasi yang menyenangkan terkait pemahaman Covid-19 terhadap orang tua dan anak melalui sebuah eksperimen atau permainan yang menyenangkan serta pembelajaran pembiasaan diri di rumah (akan di kupas di artikel saya yang part 2).
Terlihat jelas wajah riang mereka setelah tatap muka secara online melalui Video Call (Foto : dokpri)
Video Call Menjadi Solusi Kerinduan Antara Guru dan Murid
Jawaban dari kerinduan kita adalah dengan Video Calling atau disingkat Video Call atau VC, keseruan yang terjadi dari Video Call tersebut merupakan salah satu pengobat rindu dan titik jenuh saya sebagai pendidik yang bekerja jarak jauh tanpa melihat malaikat-malaikat kecil polos itu secara langsung.
Secara psikologis mereka (anak-anak didik saya) sudah mendekap erat di relung hati ini karena memang mereka sudah terbiasa menatap gurunya dan bercengkrama setiap harinya.Â
Suasana menjadi riang dan celotehan mereka yang kangen guru, teman dan suasana sekolah sangatlah membuat saya menghela nafas dalam-dalam, betapa kami pun sangat merindukan kalian semuanya sehingga dengan menghubungi kalian melalui video call kerinduan kami dan kerinduan kalian pun jelas terobati.
Ada tips dan trik yang saya terapkan kepada anak didik saya agar mereka selalu semangat dalam menjalankan kegiatan setiap harinya, tentunya akan menjadi kendala juga jika komunikasi tidak berjalan lancar apalagi bagi kedua orang tua yang tidak mempunyai alat komunikasi yang memadai mengingat kita semua tinggal di kampung, akhirnya saya meminta estafet saja kabar terbaru dari libur, perpanjangan libur dan lainnya melalui mulut ke mulut.
Kegiatan yang sangat meyenangkan terus di unggah dari hari pertama libur sampai saat ini, tetap tinggal di rumah, jangan lupa berjemur, cuci tangan, PHBS, dan kegiatan pembiasaan diri lainnya di rumah.
"Semoga kita semua selalu sehat, dan dapat berkumpul lagi seperti biasanya ya nak....." (Hana Marita Sofianti)
Dear orang tua, kami titipkan anak-anak didik kami selama di rumah ya!Â
Tetaplah bersabar atas segala ujian dari semua ini, yakinlah ini semua akan berlalu serta tetaplah dalam rumah saja.
Anak-anak adalah aset bangsa, jika bukan kita yang peduli terhadap mereka siapa lagi? Karena kita semua tidak akan pernah tahu nasib apa yang akan membawa mereka di masa depan ke arah mana, entah jadi Presiden kah? Menteri kah? Dokter kah? Atau lainnya, jika bukan kita yang menanam kebaikan bagi mereka siapa lagi?.
Semoga mereka tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usia dan fitrahnya, sebab hanya itu yang bisa saya suguhkan di hari-hari spesial mereka khususnya libur tidak biasa yang akan terkenang disepanjang masa.Â
Salam
Hana Marita Sofianti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H