Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Social Distancing, Antara Tata Krama dan Kondisi Saat Ini

22 Maret 2020   13:28 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:30 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hidup, Mati, Bahagia, Celaka (Jodo, pati, bagja, cilaka) Hanya Tuhan Yang Tahu" (Pepatah)

Berikut kata-kata yang sering kita dengar sejak kita kecil dari orang tua kita hingga detik ini, warisan kata-kata dari nenek moyang atau leluhur kita adalah hal yang sangat sakral sehingga tidak ada yang berani merubah bahkan memprotesnya dan menjadi pembenaran atas kebenaran yang terjadi saat ini.

Social Distancing, Perlukah?

Mengartikan kata "Social Distancing" menurut wikipedia adalah serangkaian tindakan pengendalian infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular. 

Tujuan dari pembatasan sosial adalah untuk mengurangi kemungkinan kontak antara orang terinfeksi dan orang lain yang tidak terinfeksi, sehingga dapat meminimalkan penularan penyakit, morbiditas, dan terutama, kematian.

Untuk situasi saat ini Social Distancing memang sangat diperlukan mengingat pandemi Covid-19 yang terus menerus menjadi ancaman umat manusia di muka bumi ini dan untuk memutus rantai penularan dan pencegahan secara serentak dan dilakukan atas kesadaran sendiri dengan cara menjaga jarak atau self quarantine, tapi bukan berarti mengisolasi diri dengan tidak keluar rumah dan menjadi stress atau panik berlebihan.

Oke, jaga jarak aman, itu pernah saya lihat juga di tulisan-tulisan kreatif sebuah mobil pengangkut di jalanan. Apa hubungannya? Yang jelas untuk keamanan dan kenyamanan bersama-sama.

http://female.kompas.com/
http://female.kompas.com/
Tata Krama dan Kondisi Saat ini

Tata Krama yang sudah melekat erat di tanah air dengan sentuhan atau salaman kini sirna sementara dalam masa karantina atau self quarantine selama dua pekan lamanya atau kemungkinan bisa lebih tergantung pada kondisi saat ini apakah membaik atau memburuk.

Salaman atau saling bersentuhan tangan bagi sebagian orang yang sudah terbiasa adalah hal yang sangat lumrah dan di pandang sebagai salah satu tindakan sopan santun yang melekat dan erat dengan budaya bahkan agama.

Nilai sebuah tata krama menjadi berubah apabila kondisi dalam keadaan sangat darurat atau sulit untuk mempraktekannya, bisa jadi dalil yang satu terbantahkan dengan dalil yang lain ketika situasi berbahaya bahkan mengancam nyawa dan berakibat pada kematian.

Setiap agama di muka bumi tentunya mengajarkan kebaikan dan tidak putus asa, hal ini terbukti dengan ikhtiar yaitu salah satunya menjaga jarak, tidak berkerumun, dan menghindari fasilitas umum adalah cara terbaik untuk menghindari situasi terburuk sekalipun. Artinya setiap usaha yang di lakukan untuk menyelamatkan diri sendiri dan orang banyak tentunya akan sangat di dukung oleh suatu kepercayaan atau agama. 

Teringat dahulu saat orang- orang beramai-ramai untuk tidak bersapa hanya lewat akun media sosial atau aplikasi chat dan menganggapnya tidak biasa bahkan ada yang mencekalnya, saat ini pula semua hal tersebut sangat bermanfaat guna pencegahan tertularnya virus covid-19 yang terpenting adalah komunikasi lancar.

Work From Home sudah saya lakukan sejak seruan untuk self quarantine oleh pemerintah, saya mengaplikasikannya dengan pemberian tugas-tugas yang menyenangkan bagi peserta didik saya di rumahnya melalui aplikasi chat media online.

Seminggu sudah kita semua melaksanakan self lockdown, self quarantine, social distancing dan apapun itu bentuk dan caranya kita wajib mendukung semua proses pencegahan yang di anjurkan oleh pemerintah kita untuk kebaikan dan keselamatan semua warga negara bahkan seluruh dunia.

Keyakinan memanglah nomor satu, artinya kita wajib yakin bahwa kematian, kehidupan, kebahagiaan dan celaka memang Tuhan yang mengatur semuanya hal ini tertulis agar segala musibah yang melanda diri tidak menjadi sebuah kesedihan dan putus asa tentunya dan agar manusia kembalikan semua itu pada garis takdir dan nasib yang menimpanya.

Berlogika juga sangat penting dalam situasi sekarang mengingat virus ini juga tidak mengenal kata permisi untuk menghinggapi siapapun tak terkecuali jika memang harus tertular, maka dari itu imbauan segala pencegahan yang di serukan dan di sebarluaskan perlu juga kita lakukan dengan tetap tawakal dan berserah diri memohon perlindungan-Nya.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra'd:11)

Khususnya ketika wabah ini terjadi, jika di terapkan dengan kondisi saat ini ayat di atas menjelaskan bahwa jika bukan kita yang merubah nasib yaitu kebiasaan kita walau hanya untuk sementara waktu maka nasib kita pun tidak akan berubah, namun jika kita mau dan mampu merubahnya maka segala sesuatu yang di harapkan baik akan membaik. 

Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini, sebuah tradisi kebiasaan dan tata krama yang sudah berjalan berabad-abad lamanya dibuktikan bisa terhenti, berbanding terbalik dan bahkan bertentangan atau berlawanan dengan adat istiadat yang seharusnya berlaku.

Apapun yang terjadi, cukup dengan mempertahankan kesehatan diri dan keluarga serta mengingatkan semua pembaca untuk tetap menjaga kesehatan, stay home, stay safe, yakinlah semua ini pasti akan cepat berlalu jika kita melakukan yang terbaik untuk kita dan untuk semua.

Tetap sabar, berusaha dan berdo'a.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun