Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Sendok | Dear Sendok, ke Manakah Engkau Pergi?

26 Januari 2020   23:21 Diperbarui: 26 Januari 2020   23:39 2132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dear sendok, kemanakah engkau pergi?" 

Begitu kira-kira ungkapan hati seseorang yang telah kehilangan barang penting terlupakan yang satu ini, yaitu sendok. Hal yang mungkin di anggap sangat sepele dan tidak pernah terjawab dari raibnya satu-persatu dari benda tersebut di dapur dan rumah kita.

Aku analisis dan terlihat engkau raib satu persatu dari tempat asalmu, padahal aku tidak pernah memakanmu. Sehari-haripun aku tak pernah melewatkanmu dalam setiap meja makanku. Tapi apa yang terjadi? Jumlahmu menyempit seperti matematika yang di bagi-bagi dan di kurangi, tapi entah kapan, oleh siapa, bagaimana dan dimana? Bingung aku karena pecahanpun tak mungkin terjawab atas dirimu wahai sendok.

Keberadaanmu sungguh terkadang terlupakan tetapi sangat di butuhkan, tidak ada yang peduli padamu kecuali ibu dan pembantu yang setiap harinya berada di dapur dan tempat mencuci piring.

Engkau memang tidak bernilai, tak ada dirimu pun aku bisa menggunakan jari dan tanganku untuk melahap makananku, tetapi jika sebuah sup berkuah dan untuk mengaduk secangkir kopi pun aku bahkan semua orang akan sibuk mencarimu.

Seperti di dapur terasing ketika aku tak melihatmu berjejer sesuai asal usulmu. Campur aduk dari berbagai penjuru, entah itu dari dapur tetanggaku ataupun tukang bakso yang lupa membawa sendoknya sehingga tertinggal di rumahku.

Foto : dok. Pribadi
Foto : dok. Pribadi
Analisis Sebuah Sendok

Sebelum membahas benda berguna yang nyaris di telan masa dan di pandang sebelah mata ayo kita analisis dapur kita. Di sebelah manakah dia selalu di simpan? Apakah jumlahnya tetap seperti kita waktu pertama kali membelinya? Saya yakin jawabannya akan beranega ragam dan tertawa sendiri dalam hati. Hihihi

Lucu ya? Betapa kita selalu tak menghiraukan benda satu ini, ada dia ataupun tiada kita tak memperdulikannya. Ahh bodo amat! Itu urusan pembantu, atau urusan orang yang ada di dapurku.

Filosofi sendok 

Kiranya hal ini tidak pernah terfikirkan oleh kita semua, betapa hal sepele dan tidak penting untuk di bahas ini menjadi salah satu faktor pemikiran saya untuk menganalisa, dari mulai bentuk, fungsi dan kegunaan benda ini secara sistematis.

Sejarah sendok yang memang tidak banyak di ketahui orang pada zaman milenial ini tentunya tidak akan menambah wawasan dan kecintaan terhadap nilai seni dan sisi sejarah kapan sendok di gunakan dan siapa manusia yang pertama kali menemukannya.

Terlepas dari hal itu, saya hanya ingin menyampaikan bahwa 

"kepala sendok besar dengan gagangnya yang kecil itu menunjukan jikalau kita harus mempunyai wawasan yang luas walaupun kita berada di tempat yang terpencil sekalipun, dan untuk meraihnya kita harus menggenggamnya dengan kuat " (Filosofi Sendok menurut Hana Marita Sofianti)

Artinya benda logam ini adalah alat untuk menyampaikan suatu informasi dari mulut- kemulut entah itu siapapun yang memakainya secara bergantian dan menjadi lambang suatu ikatan sebuah makanan di meja makan, tempat mengambil (menciduk makanan) informasi dan mengaduknya hingga menjadi satu rasa.

Satu hal lagi bahwa seiring berjalannya waktu sendok-sendok di tempatnya akan sedikit demi sedikit menghilang secara misterius dan terkadang muncul wajah sendok-sendok baru yang tidak kita kenal dan terasa asing di mata namun tetap kita gunakan karena memang itu yang kita temukan di meja makan.

Sebuah sendok yang hilang secara misterius, entah itu di meja makan, di halaman, di tempat cuci piring, ketinggalan di rumah tetangga, terbuang di tempat sampah, dll tentu tidak akan kita pedulikan bahkan kita tidak akan menyadarinya sama sekali hilangnya satu benda ini. 

Tapi ketika alat makan itu hilang seperti halnya filosofi sendok tersebut maka makna dari alat makan ini akan hilang juga. Seperti hal yang sepele hilang secara sepele juga dan kita akan merasakan dampaknya dengan teriak-teriak " biiiiii, bibiii, sendok di mana sih? "  Begitu kiranya ketika kita tidak menemukan sendok sama sekali dan semua sendok-sendok kotor dan turun semua di tempat pencucian piring.

Awalnya satu atau dua lusin, akhirnya tinggal lima atau delapan buah saja si sendok ini, "ini termasuk pencurian ataupun penggelapan dari kisah misterius nih? Bingung kan?" Sampai detik ini juga saya tidak habis fikir kemana mereka pergi mengungsi dan berimigrasi? Atau pindah warga negara? Rasanya harus sedia kotak suara untuk menyatukan mereka kembali.

Foto by hana
Foto by hana
Ahh rasanya analisisku terbantahkan walau menggunakan ilmu matematika sekalipun, tak terjawab sudah kecurigaanku tentang hilangnya benda ini satu persatu di rumahku. " Apakah semua sendok belakangnya harus aku kasih tanda dengan namaku seperti orang tua zaman dahulu? Hhhhhh " kalau zaman sekarang hal itu sih kelihatan kalau aku pelit untuk meminjamkan sendok ku pada orang lain. 

Tapi tunggu dulu rasanya itu adalah trik jitu agar sendok-sendok di rumahku tetap rukun dan tidak berpindah-pindah haluan bahkan hiang.

Beraneka ragam bentuk sendok yang ada di rumahku menunjukan ciri khas semua benda menyatu dan selalu hidup rukun bersama-sama. Tidak peduli dari mana asalnya mereka selalu baik-baik saja.

Dear sendok, apakah aku harus mengadakan sayembara dengan hilangnya dirimu? Karena adamu tak terulas dan hilangmu tak berbekas?

Bagi anda yang merasa ulasanku ini memang tanda tanya, silahkan cek sendok di rumah anda apakah mereka komplit atau secara tidak di sadari adakah yang telah hilang secara misterius? 

Salam sendok mania

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun