Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjir, Musibah atau Anugerah?

5 Januari 2020   18:11 Diperbarui: 5 Januari 2020   18:27 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pemberitaan di televisi atau medsos penuh dengan peristiwa banjir yang tak pernah luput menjadi santapan menu tahunan di ibukota saat ini. Betapapun kejadian ini sangat membuat hati terenyuh dengan kondisi yang di alami korban bencana tersebut. Bagaimana tidak? Yang menjadi persoalan dan kekhawatiran adalah korban banjir balita yang daya tahan tubuhnya mungkin tidak akan sama dengan ukuran orang dewasa.

dok. hana marita
dok. hana marita
Pekan ini pemberitaan banjir menjadi suatu sorotan dan topik terhangat yang di perbincangkan di semua lini media baik itu dunia maya atau breaking news pertelevisian swasta.

dok. hana marita
dok. hana marita
Tentu hal ini menjadi lelucon netizen juga ketika tag line yang di pantau oleh salah satu medsos yang merupakan pemberitahuan apakah anda selamat dari bencana tersebut atau apa yang anda butuhkan untuk meminta pertolongan di pemberitahuan media tersebut. 

dok. hana marita
dok. hana marita
dok. hana marita
dok. hana marita
Banjir sudah bukan merupakan lelucon lagi, rasanya tak patut perikemanusiaan kita saling menyerang bahkan kesannya membully dengan seribu bahasa kepada siapapun warga yang tinggal di lokasi tersebut yang terkena banjir.

Ketika banjir menjadi musibah, maka barang-barang yang ada di rumah sudah seperti sampah. Dan keimanan mulai goyah.

Yang mengherankan adalah kenapa banjir di Jakarta semua orang tidak pernah menyadarinya dan berupaya melakukan pencegahan massal sebaik dan sekecil mungkin, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan membersihkan saluran air yang tersumbat, bukankah melakukan persiapan sebelum musibah itu datang adalah perlu? Seperti sedia payung sebelum hujan? Artinya sedia saluran air sebelum banjir, menjaga lingkungan itulah yang terpenting.

Persiapan mengahadapi curah hujan yang begitu tinggi seharusnya di lakukan jauh-jauh hari ketika kemarau tiba, bukankan kita juga yang meminta dan memohon turunnya setetes air dari langit ini kepada sang Pencipta? Hujan adalah rezeki itu kata orang tua zaman dahulu. Ya dan orang-orang yang kesusahan sekalipun Tuhan telah siapkan rezekinya tak kurang sedikitpun.

Wacana demi wacana di publikasikan untuk menyikapi dan menanggapi permasalahan di ibukota yang tak kunjung berhenti jika musim hujan tiba. Maka dari itu tidaklah salah jika Bapak no. Satu di Indonesia yakni Bapak Presiden Ir. Joko Widodo mempunyai planning dan hendak memindahkan Ibukota ke Kalimantan.

Selain Ibukota sudah tidak bisa di jadikan pusat pemerintahan juga mungkin karena dampak banjir ini yang menjadi alasan utama. Karena bagaimanapun akibat yang di timbulkan oleh banjir ini adalah dengan bekunya roda perekonomian negara secara tidak langsung sebab ibukota merupakan jantungnya sebuah negara.

Ketika warga +62 menganggap banjir yang terjadi di jakarta bukan musibah lagi tapi anugerah adalah dengan munculnya komentar-komentar nyeleneh bagi mereka yang menganggap ini sebuah rutinitas di Jakarta. Jadi bagi mereka banjir atau tidak banjir sama saja sudah biasa.

Apapun jenis bencana atau musibahnya untuk banjir khususnya pasti orang no. 1 di Jakarta akan terbawa-bawa siapapun itu akan terlibat dan menjadi dampak dan berpengaruh pada jabatannya. Dari mulai pemimpin Jakarta zaman dahulu hingga sekarang sudah tidak aneh lagi ketika pemberitaan mulai menyudutkan satu pihak ataupun membelanya.

Takaran setiap kejadian yang ada di Ibukota selalu menjadi ajang pencitraan dan gelora kekuasaan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, bagi saya siapapun pemimpinnya, stop hujat tapi ulurkan bantuan kita bagi korban musibah bencana tersebut adalah hal yang lebih penting daripada saling menyalahkan dan mengkritik, walalupun itu adalah kesalahan dan ulah kita juga sebagai manusia yang tidak menjaga alam dan lingkungan dari sampah penyebab utama dan tersangka utama dalam kasus banjir ini.

Selain warga net atau netizen yang mendapatkan anugrah komentar dan like yang beribu-ribu, maka banjir Ibukota Jakarta juga akan menjadi anugerah bagi siapa saja yang siap mengulurkan tangan untuk membantu mengupayakan evakuasi logistik dan makanan. Karena siapapun dan dari ajaran kitab dan agama manapun pasti menyeru kebaikan kepada sesama manusianya.

Itulah banjir disebut sebagai musibah dan bencana bagi orang yang tinggal di tempat-tempat yang rawan banjir dan akan di sebut anugerah bagi orang yang benar-benar secara sukarela menolong sesama manusia di bumi ini.

Dengan adanya alat digital pada saat ini banjir memang merupakan suatu musibah atau bencana, tetapi bisa menjadi anugerah dengan hadirnya teknologi modern di tangan kita sehingga kita dengan mudah bisa menmberikan informasi apakah kita selamat atau membutuhkan bantuan ataupun menawarkan bantuan bagi mereka yang benar-benar tekena musibah.

Semoga yang terkena musibah atau bencana banjir dimanapun berada segera di tangani dan mendapatkan bantuan yang layak dan  Tuhan selalu melindungi kita semua.

#banjir

#banjir awal tahun 2020

#warga kota pwk

#WargaKotaPWK

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun