Pada pembukaan UUD 1945 tercantum perihal tujuan bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa. Sektor pendidikan menjadi hal yang krusial dalam mewujudkan tujuan tersebut. Pendidikan merupakan seluruh hak anak bangsa tak terkecuali anak dengan penyandang disabilitas.Â
Data Riskesdas (2018) oleh Kemenkes menunjukkan bahwa proporsi disabilitas pada usia 5-17 tahun sebesar 3,3% dengan prevalensi terbanyak pada kategori anak-anak adalah slow learner. Peserta didik slow learner merupakan peserta didik dengan daya intelektual di bawah rata- rata anak reguler tetapi di atas kategori tunagrahita yang memiliki kapasitas IQ sekitar 70 - 90-an (Mansyur, 2022).
Dengan prevalensi yang cukup tinggi tersebut, masa pandemi kemarin tentunya banyak memberikan dampak pada kehidupan mereka. Tak terkecuali pada aspek pendidikan.Â
Peserta didik baik reguler maupun penyandang disabilitas dengan adanya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini dapat mengakibatkan terjadinya fenomena learning loss, yaitu hilangnya minat belajar pada peserta didik karena hilangnya interaksi dengan guru tentang pembelajaran (Budi et al., 2021).Â
Selain itu, peserta didik penyandang disabilitas cenderung kesulitan memiliki teman, dengan adanya pandemi ini membuat peserta didik penyandang disabilitas kekurangan kesempatannya untuk berinteraksi dan berteman. Hal ini tentunya berdampak pada aspek akademik dan juga social-emotional learning pada peserta didik. Â
Berdasarkan permasalahan ini, intervensi "Sayang Teman" hadir sebagai solusi permasalahan akademik dan social-emotional learning bagi siswa slow learner. Intervensi ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa sarjana Psikologi UGM dengan cara memperkenalkan peer tutoring bagi peserta didik reguler dan peserta didik slow learner.
Judul "Sayang Teman" diwujudkan dalam bentuk kegiatan peer tutoring sebagai konsep pembelajaran teman sebaya. Nantinya, intervensi "Sayang Teman" ini akan dilakukan secara berpasangan oleh peserta didik reguler dan juga peserta didik slow learner.
Intervensi ini akan dibersamai dengan adanya instrumen intervensi berupa modul. Pada modul "Sayang Teman" ini berisi mengenai cerita singkat tentang peer tutoring, panduan dalam melakukan peer tutoring, serta yang membedakan dari modul lainnya adalah adanya lembar catatan harian pada akhir modul. Pada lembar ini ditujukan untuk peserta didik menuliskan pengalaman berkesannya terkait kegiatan peer tutoring.Â
Modul intervensi ini telah diuji cobakan pada SDN Petinggen oleh dosen dan mahasiswa magister profesi Psikologi UGM serta telah diteliti pada SDN Baciro Yogyakarta sebagai sekolah dasar inklusi tertua di Yogyakarta dan SD Juara Yogyakarta, sebagai SD inklusi baru di Yogyakarta. Harapannya hal ini dapat menguji universalitas modul intervensi dan kegiatan peer tutoring ini.Â
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah adanya perubahan yang berarti pada aspek social-emotional peserta didik slow learner. Peserta didik slow learner yang awalnya sangat tertutup dan pendiam menjadi lebih terbuka dan berinteraksi kepada tutornya atau teman lainnya. Selain itu, hal resiprokal yang diterima peserta didik reguler adalah mereka mendapatkan basic teaching skill karena mengajari dan mendampingi peserta didik slow learner dalam hal akademik maupun sosial.Â
Berdasarkan hasil yang didapatkan, intervensi "Sayang Teman" dapat menjawab dan membantu permasalahan akademik dan social-emotional learning bagi siswa slow learner sehingga ketidakadilan yang diterima dapat teratasi. Terakhir, intervensi "Sayang Teman" juga merupakan salah satu perwujudan dari jenis akomodasi yang layak seperti yang telah ditetapkan pada PP No 13 Tahun 2020 bagi peserta didik disabilitas, khususnya peserta didik slow learner.Â
Bila anda ingin melihat modul intervensi kami silakan kontak instagram @hanagitak untuk detailnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H