Salah satu daerah yang menarik untuk didiskusikan dalam tulisan ini adalah para kandidat dari wilayah Kalimantan Selatan.  Alasannya adalah karena daerah ini akan menjadi  provinsi penyangga ibu kota negara yang baru. Daerah ini juga mulai tumbuh, meski pertumbuhannya sangat lambat jika dibandingkan dengan potensi alam yang dikaruniai. Oleh sebabnya, posisi ini begitu menggiurkan dan menarik perhatian para tokoh lokal dan juga nasional.
Sampai saat ini, setidaknya ada dua kandidat yang mulai gencar turun ke masyarakat. Pertama adalah Sahbirin Noor (petahana), dan kedua adalah Deny Indrayana.
Personal branding yang mereka gunakan terkesan unik, Sahbirin Noor melakukan pendekatan lokal dengan membranding dirinya sebagai dirinya Paman Birin. Dalam terminologi urang banjar, paman adalah sebuah kata ganti kepada orang yang  mempunyai kedekatan kekeluargaan atau untuk memberikan rasa hormat. Dari konteks ini, Paman Birin ingin memberikan kepada masyarakat bahwa gubernur sangat dekat, tidak berjarak. Birin membongkar tembok penghalang kedekatan yang biasa dibangun oleh pejabat dengan sebutan Bapak atau yang terhormat.
Ia membiarkan warga menyapanya dengan sebutan paman. Selain itu, tampilannya sederhana. Blusukan ke kampung-kampung dan ngobrol dengan masyarakat hanya menggunakan kaos dan sendal. Â Sekali lagi, branding yang Birin bangun adalah bahwa ia hendak menciptakan kesan bahwa ia adalah pemimpin sederhana yang dekat dengan rakyat. Dalam beberapa kesempatan, Birin tidak ragu untuk joget dan nyanyi dangdut bersama warga.
Sedangkan untuk pasangan Birin atau bakal calon wakil gubernur, ia dikabarkan akan berpasangan dengan mantan walikota Banjarmasin yang sekaligus saingannya saat pligub sebelumnya, yaitu H. Muhiddin. (Radar Banjarmasin). Muhiddin juga dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, kesederhanaannya itu ditunjukkan dengan tidak terlalu fasihnya ia berpidato, kata yang ia pilih sederhana, tidak ahli berpidato, tetapi secara kinerja tidak diragukan. Jika tidak ada rintangan, besar kemungkinan Birin-Muhiddin akan resmi berpasangan untuk pilgub Kalimantan Selatan 2020.
Salah satu bakal calon gubernur yang akan menantang Birin adalah Denny Indrayana. Tokoh nasional, Guru besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada dan mantan wakil menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sebagai urang Banjar, Denny melihat beberapa problem Banua (Sebutan lain untuk Kalimantan Selatan) yang sangat serius, dan harus segera dilakukan perubahan.
Oleh sebabnya, ia gelisah dan ingin menyelesaikan problem itu dengan duduk di kursi gubernur. Spanduk-spanduk dan billboard Deny sudah mulai ramai di beberapa jalan Provinsi. Berbeda dengan Birin, Deny mem-branding dirinya sebagai tokoh yang dekat dengan ulama. Ia sepertinya mengerti dengan kondisi sosial-history masyarakat Banjar yang sangat akrab dengan ulama dan mempunyai sikap taat (sami'na wa atha'na) dengan ulama. Dalam media sosialnya, ia mengunggah beberapa kegiatan Kunjungan ke makam ulama Banjar, hingga minta doa dan restu kepada ulama Banjar yang masih hidup.
Selain itu, layaknya Birin yang menggunakan term paman. Denny juga menggunakan term Julak untuk penyebutan dirinya, Julak Denny. Julak dalam term urang Banjar berarti panggilan  kepada saudara yang paling tua dari segi umur.
Berbeda dengan Birin yang sudah mempunyai partai sebagai kendaraan politiknya, Denny sampai saat ini masih bersifat independen. Ia sudah aktif mendekati beberapa partai sebagai kendaraan politiknya, selain itu para relawannya juga sedang berjuang untuk mengumpulkan KTP warga sebanyak-banyaknya sebagai syarat maju dari jalur independen.
Sebagai penutup, dalam konteks merebut suara rakyat tidak cukup kendaraan politik berupa partai dan personal branding, yang tidak kalah penting adalah adanya ide dan gagasan besar untuk membangun & mensejahterakan suatu daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H