Mohon tunggu...
Hana Atikah Irbah
Hana Atikah Irbah Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat

Blog

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Filsafat, Ilmu, dan Agama

23 Desember 2021   08:55 Diperbarui: 23 Desember 2021   09:10 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hal di dunia ini saling terikat, begitu pula cara berfikir. Dalam pemahaman filsafat, ilmu, dan agama pun memiliki hubungan atau kata lainnya adalah relasi. Konteks relasi disini tentu saling bermanfaat bagi satu sama lain. Sebelum masuk kedalam pembahasan tentang relasi ketiganya, kita wajib mengetahui sumber dan konstruksi dari ketiga hal tersebut dalam dunia berfikir. Sumber memiliki arti asal. Seperti contohnya sumber mata air pegunungan, yang dimaksudkan bahwa mata air terebut berasal dari pegunungan. Lalu bagaimana dengan konstruksi? Setelah sumber didapatkan, hendaklah kita menganalisis secara kritis agar tercipta sebuah pemikiran baru yang lebih masuk akal dan benar. Itulah yang disebut dengan konstruksi, perubahan dari suatu hal yang masih dianggap kurang lalu dilengkapi dengan kebenaran yang disimpulkan secara universal.

      Yang pertama adalah sumber dan konstruksi dari filsafat. Asal filsafat sendiri dapat dirasakan oleh orang-orang yang memang memiliki ketertarikan dalam hal berfikir. Adanya rasa heran, sangsi, dan kesadaran atas keterbatasan dalam memikirkan sesuatu juga dapat disebut sebagai sumber orang untuk berfilsafat. Filsafat dapat disebut sebagai induknya para ilmu. Yang memiliki arti bahwasannya beberapa ilmu tercipta sebab alam berfikir filsafat ada dan telah terkaji dengan baik.  Bisa dibilang filsafat ini berperan sebagai sumber, yang akhirnya dikonstruksikan kedalam beberapa bidang.

Adapun pengertian filsafat menurut beberapa filsuf. Yang pertama ada Plato. Ia berkata bahwasannya filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai pengetahuan dari suatu kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles memiliki pendapat bahwa filsafat adalah ilmu kebenaran yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu lain seperti metafisika, retorika, logika, ekonomi, etika, estetika dan politik. Plato menyebutkan bahwa filsafat hanya sebatas pengetahuan, namun Aristoteles mengatakan filsafat sudah sebagai ilmu, yang artinya sudah terkaji dengan analisis analisis yang cukup terdata.

      Filsafat memiliki ciri-ciri yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Maksud dari menyeluruh sendiri adalah tidak ada batasan dalam mencari sebuah kebenaran. Filsafat tidak membatasi pemikiran yang nanti gunanya untuk membandingkan ilmu satu dengan ilmu lainnya. Pada konteks inilah konstruksi filsafat mulai terjalankan. Dilanjutkan dengan pemikiran yang mendasar, menganalisis suatu objek dengan kritis, mendalam, dan akurat. Yang terakhir adalah spekulatif, memikirkan banyak kemungkinan dan mempertimbangkan pemikiran sebelumnya guna menjawab pemikiran yang lanjut. Yang dimaksudkan spekulatif disini adalah, dalam berfilsafat, ketika sudah menemukan pemikiran yang baru, bukan berarti pemikiran sebelumnya sudah tidak digunakan, malah justru dalam konteks spekulatif ini, ketika ada hal rumpang dalam pemikiran baru, pemikiran lamalah yang akan dicari guna melengkapi suatu kekurangan tersebut.

     Selanjutnya adalah sumber dan konstruksi dari ilmu. Jika ditelik lebih jauh, sebenarnya ilmu dan pegetahuan adalah sesuatu yang berbeda. Dapat dibilang sumber dari ilmu adalah sebuah pengetahuan. Ketika kita mengetahui suatu objek secara gamblang, lalu kita kaji secara mendalam melalui berbagai analisis yang menghasilkan data akurat, maka penelitian tersebut dapat dikatakan sebagai ilmu. Contohnya ketika kita berjalan dan melihat ke arah langit malam, tampaklah bulan. Kita tahu benda yang bersinar itu adalah bulan, namun mengapa ketika terus menerus dilihat, bulan itu seakan-akan mengikuti kita? Nah dari rasa penasaran tersebut dan pengetahuan kita tentang bulan dan langitlah yang akhirnya diteliti, dikaji, lalu didapatkan sebuah data bahwasannya hal itu terjadi sebab bulan berotasi memutari bumi. Kegiatan mengkaji hingga mendapatkan sebuah pengetahuan baru yang lebih akurat inilah yang disebut dengan ilmu.

     Dan konstruksi yang terjadi pada ilmu pengetahuan terdapat pada tiga pilar pemikiran filsafat yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Secara singkat ontologi adalah apa, epistimologi adalah mengapa dan bagaimana, lalu aksiologi adalah hasil dan manfaat dari pemikiran sebelumnya. Dari ketiga pilar inilah kita mendapatkan sebuah kontruksi, yaitu penambahan jika ada kekurangan. Contohnya seperti pada pemikiran epistimologi terdapat beberapa aliran, diantaranya adalah empirisme dan rasionalisme. Empirisme adalah aliran yang pokok pikirannya terdapat pada panca indera. Yang dimaksudkan disini adalah, kita mengkaji sesuatu sesuai dengan apa yang panca indera kita dapatkan. Seperti halnya apakah gajah besar? Tentu. Lalu jika gajah dilihat dari kejauhan, ia tampak kecil, lalu apakah gajah itu mengecil? Tidak. Dan kekurangan dari panca indera inilah yang akhirnya disempurnakan oleh aliran rasionalisme, menggunakan akal. Gajah memang besar, tapi ketika kita menjauh dari gajah, visualisasi kecil tersebut disebabkan oleh lensa mata kita yang berbentuk cembung. Sama halnya dengan sistem kerja kaca spion.

     Sumber dan konstruksi yang dibahas selanjutnya adalah tentang agama. Agama diambil dari kata A dan Gama. A memiliki arti tidak dan Gama memiliki arti kacau, berarti agama memilki makna tidak kacau, hidup lurus dan benar. Secara umum agama adalah kepercayaan seseorang terhadap adanya tuhan serta sesuatu yang bersifat sepiritual atau hal ghaib yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Seluruh agama kebanyakan melingkupi tiga persoalan yaitu keyakinan, peribadahan, dan nilai-nilai hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya

     Unsur-unsur yang terdapat dalam agama, sebenarnya tidak beda jauh dari persoalannya yaitu keyakinan terhadap Tuhan serta hal-hal ghaib yang menyertainnya, adanya kitab suci lembaran-lembaran (Suhuf) yang dapat dijadikan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi manusia, adanya penyampai wahyu atau utusan (Rasul) yang menyampaikan pesan atau perintah yang diutarakan oleh Tuhan terhadap hamba-hambanya, adanya ajaran-ajaran dan peraturan yang mengatur kehidupan manusia agar dapat menjalani kehidupan ini dengan damai dan sejahtera, dan yang terakhir adanya ritual beribadah dalam menyembah kepada Tuhannya yang pastinya setiap agama memiliki ritual atau cara beribadah yang berbeda-beda

     Agama berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat bahkan terhadap alam. Kepercayaan ini menimbulkan mental tertentu seperti rasa takut, optimis, pasrah, dan lainnya. Agama dapat dianggap sebagai suatau sarana kebudayaan bagi manusia. Dengan adanya sarana ini manusia mampu menyasuaikan diri dengan pengalamannya dalam kelangsungan lingkungan hidup dari yang ia rasakan  sebagai sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh penalaran manusia.

     Banyak sekali pengetahuan di dunia ini yang berasal dari agama, terutama dari kitab suci yang kemudian dijadikan sebuah rujukan dalam menyelesaikan permasalahan mendasar dikehidupan. Sejak dulu tidak sedikit orang yang datang ke tokoh-tokoh agama untuk mencari jawaban atau untuk mendapatkan solusi guna menafsirkan makna-makna yang sulit difahami dalam kitab suci tersebut. Ada yang menafsirkan sesuai logikanya sendiri tanpa adanya sumber yang jelas sehingga dapat memicu kesesatan, maka dari itu, alangkah baiknya meminta tafsiran dari orang-orang yang berpengetahuan tentang kitab suci tersebut. Pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini sebagai makhluk yang suka mencari kebenaran dan agama merupakan salah satu cara untuk menemukan kebenaran itu. Dengan karakteristiknya agama dalam memberikan jawaban atas segala persoalan kehidupan menjadi alasan kuat manusia dalam memeluk sebuah keyakinan. Dan cara utama untuk mendapatkan suatu kebenaran dalam pemikiran agama adalah dengan mematuhi perintah dari Tuhan yang tertulis didalam kitab suci.

     Filsafat membantu agama dalam empat hal: pertama, filsafat dapat menginterpretasikan teks-teks sucinya secara objektif; kedua, filsafat membantu memberikan metode-metode pemikiran bagi teologi; ketiga, filsafat membantu agama dalam menghadapi problema dan tantangan zaman, misalnya soal hubungan IPTEK dengan agama; keempat, filsafat membantu agama dalam menghadapi tantangan ideologi-ideologi baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun