Mohon tunggu...
Hana  Anisa
Hana Anisa Mohon Tunggu... Administrasi - Tenaga Pendidik - Surakarta

Tenaga Pendidik - Surakarta - tertarik pada dunia literasi, pendidikan anak, relawan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen: Hampers Itu Sunnah, Zakat itu Wajib

10 Mei 2021   18:33 Diperbarui: 10 Mei 2021   18:36 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hampers lebaran (www.ussfeed.com)

Nayla langsung membuka amplop Tata dan menghitungnya. Rere yang sedari tadi diam mulai penasaran dengan zakat yang dibayarkan oleh Tata. 

"Ta.. kamu tadi bayar zakat fitrah dan zakat apa? aku kok baru tahu" tanya Rere sambil menunjukkan wajah penuh tanya.

"Oh, itu zakat maal namanya Ra. Harta yang kita miliki juga wajib dizakati jika telah mencapai nishabnya atau batasan jumlah untuk dizakati. Contohnya adalah zakat profesi. Jumlahnya 2.5% dari penghasilan kita."

"Oh begitu ya Ta, kamu udah sering zakat profesi? kalau zakat fitrah sih aku masih dibayarin orang tuaku." kata Rere

"Iya alhamdulillah Re. Ini mbak Nayla yang ngajarin aku waktu itu. Setiap bulan aku mampir ke sini untuk menyerahkan zakat profesi. Iya kan mbak Nya?" 

Nayla yang dari tadi fokus menghitung uang dan menginput data hanya mengangguk dan tersenyum tanda mengiyakan perkataan Tata. Selesai menghitung dan menginput, Nayla ikut ngobrol dengan mereka. 

"Ada zakat fitrah yang dikeluarkan saat bulan ramadan. Ada juga zakat maal dari penghasilan kita. Zakat yang kita keluarkan bertujuan untuk mensucikan harta kita mbak Rere. Kalau zakat fitrah untuk mensucikan jiwa, sedangkan zakat maal untuk mensucikan harta yang kita miliki. LAZ sebagai lembaga yang menghimpun zakat akan menyalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya. Jadi, zakat fitrah dan maal yang kita keluarkan tidak hanya untuk kepentingan pribadi saja, tapi juga ada nilai sosialnya juga." Jelas Nayla.

Rere masih mencerna omongan Nayla. Dia mulai memikirkan selama ini dia tidak pernah mengeluarkan zakat profesi. Padahal Rere yang bekerja di ibu kota memiliki penghasilan yang cukup besar. Dia mulai mengingat berapa juta uang yang ia keluarkan dengan mudahnya untuk membeli hampers bagi teman - temannya. Tidak menyesal sebenarnya karena ini untuk hadiah bagi mereka. Namun, di hati kecil Rere dia seolah mendapatkan tamparan betapa mudahnya membelanjakan uangnya untuk senang - senang, sedangkan mengeluarkan zakat profesi yang hanya berapa ratus ribu setiap bulan saja dia tidak keluarkan, dan dia tidak pernah mencari tahu tentang itu. 

Rere begitu kagum dengan Tata karena begitu taatnya dia membayar zakat fitrah dan zakat maal. Dia meminta penjelasan lebih lanjut kepada Nayla. dan Rere berjanji akan ke LAZ lagi esok hari bersama Tata. 

Alhamdulillah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun