Penulis:
Dr. Dra. Purbudi Wahyuni, M.M (Dosen Manajemen FEB UPNYK)
Wahyu Jumi Saputri (Mahasiswa Manajemen FEB UPNYK) Â Â Â Â Â
Hana Anggita Damayanti (Mahasiswa Manajemen FEB UPNYK) Â Â Â
Alen Rammang (Mahasiswa Manajemen FEB UPNYK) Â Â Â Â Â Â Â
Gisna Ratri Mitayani (Mahasiswa Manajemen FEB UPNYK)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terkenal dengan salah satu julukannya yang khas yaitu kota pelajar. Banyak masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia yang datang ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan, terutama pendidikan perguruan tinggi. Banyaknya masyarakat yang datang ke Yogyakarta membuat transportasi umum menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan untuk memudahkan akses mobilitas ke berbagai tempat. Saat ini, pemerintah DIY telah menyediakan fasilitas transportasi umum, yaitu berupa Trans Jogja yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan, keamanan, dan keefisienan bagi masyarakat. Namun kenyataannya, kami sebagai penulis dan sebagai pengguna merasakan bahwa belum sepenuhnya tujuan tersebut terwujud, antara lain karena waktu tunggu yang lama, kedatangan bus yang kadang terlambat, serta akses jalan di DIY yang sempit membuat bus tetap saja terjebak macet sama seperti kendaraan pribadi lainnya. Hal ini yang menjadikan kurangnya minat masyarakat untuk memilih transportasi umum yang telah disediakan.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang memberikan dampak terhadap akses mobilitas masyarakat dengan munculnya transportasi online membuat Trans Jogja secara tidak langsung memiliki saingan dalam hal kendaraan umum, adanya pilihan transportasi yang dapat dipesan secara online seperti Gojek, Jogjakita, Maxim, dan sebagainya membuat minat masyarakat untuk menggunakan Trans Jogja menurun, karena dengan adanya transportasi online, masyarakat akan dijemput langsung ke tempat penjemputan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu dengan menggunakan transportasi online, masyarakat dapat bepergian ke tempat yang lebih jauh dengan waktu tempuh yang lebih sedikit sehingga lebih menghemat waktu dibandingkan dengan menggunakan Trans Jogja yang hanya dapat berhenti di halte yang dilewati. Namun, ketika menggunakan Trans Jogja, masyarakat dapat menikmati fasilitas yang ada seperti tarif yang sangat terjangkau, kebersihan armadanya, keamanan ketika berada di dalam bus, dan AC yang cukup dingin.
Oleh karena itu, adanya kelebihan dan kekurangan masing-masing transportasi membutuhkan analisis lebih lanjut mengenai skema Trans Jogja sebagai transportasi umum dan juga adanya transportasi online yang semakin banyak digunakan melebihi penggunaan Trans Jogja. Kami sebagai penulis berharap agar Trans Jogja dapat berbenah sehingga kami sebagai mahasiswa dapat menjadikan Trans Jogja sebagai pilihan utama untuk keperluan mobilisasi di Yogyakarta dan sekitarnya.
Transportasi umum merupakan jenis angkutan publik yang digunakan bersama-sama orang ramai. Transportasi publik menjadi salah satu jalan yang ditempuh pemerintah untuk membatasi maraknya kendaraan pribadi yang beredar di jalanan sehingga menimbulkan kemacetan yang semakin parah. Selain itu, menurut Fitrin (2010), dari sudut pandang ekonomi makro, transportasi berperan penting sebagai penggerak perekonomian nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun pedesaan. Oleh karena itu, pemerintah DIY menghadirkan sebuah pilihan transportasi umum, yaitu Trans Jogja untuk  mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, tertib, nyaman, efisien, dan layanan transportasi yang memadai dengan harga yang dapat diterima serta terjangkau oleh masyarakat umum dan tentunya ini sangat diharapkan oleh mahasiswa ataupun turis yang berkunjung ke Yogyakarta.
Trans Jogja berdiri pada tahun 2008 melalui PT. Jogja Tugu Trans dimana fasilitas BRT (Bus Rapid Transit) ini berorientasi pada pelanggan dan mengkombinasi halte, kendaraan, perencanaan, dan sistem transportasi dalam bentuk bus yang cepat, terpadu, aman, dan nyaman dengan mengedepankan kepuasan konsumen yang beroperasi di beberapa titik di wilayah DIY (Augustin, 2021). Â Trans Jogja juga mengedepankan prinsip pada BRT yakni mengedepankan efektivitas dan efisiensi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kemudahan masyarakat dalam mengakses dan menggunakan fasilitas umum ini. Jangkauan Trans Jogja terhadap masyarakat menjadi hal yang harus dipenuhi oleh pemerintah melalui Dinas Perhubungan dalam memenuhi kebutuhan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.
Namun, masalah keterlambatan dan keterbatasan rute seringkali menjadi alasan mengapa Trans Jogja tidak dianggap sebagai pilihan utama bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan transportasi. Sebagai alternatif, ojek online kini menjadi solusi yang lebih diandalkan. Ojek online adalah moda transportasi berbasis aplikasi daring yang memungkinkan konsumen memesan layanan melalui perangkat gadget, sehingga langsung terhubung dengan pengemudi yang siap mengantarkan mereka ke tujuan (Ferdila & Anwar, 2021). Kemunculan ojek online yang semakin masif di Yogyakarta, bahkan hingga menjangkau wilayah pinggiran kota, desa-desa, dan lokasi yang belum terlayani oleh Trans Jogja, menghadirkan dinamika baru bagi Trans Jogja. Di satu sisi, ojek online berpotensi menjadi mitra integrasi bagi calon penumpang Trans Jogja, mempermudah akses ke halte atau jalur utama. Namun, di sisi lain, keberadaan ojek online menjadi tantangan serius bagi Trans Jogja. Hal ini disebabkan oleh kemampuan ojek online untuk menyediakan layanan transportasi yang lebih fleksibel, praktis, dan tepat waktu, sesuatu yang saat ini belum sepenuhnya bisa diakomodasi oleh Trans Jogja.
Dengan mempertimbangkan tantangan ini, diperlukan langkah strategis untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh Trans Jogja. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah logic model. Logic model merupakan kerangka sistematis yang menggambarkan proses perubahan serta hubungan kausal antara berbagai komponen dalam suatu program (Aziz, 2016). Model ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang kinerja yang diharapkan, sekaligus menjadi landasan dalam merumuskan solusi untuk perbaikan layanan Trans Jogja di masa mendatang, demi memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat secara lebih optimal.
Pembahasan
Input
Menurut data dari Dinas Perhubungan DIY, jumlah armada Trans Jogja yang tersedia saat ini adalah 139 armada termasuk Teman Bus yang melayani 21 Trayek dengan 267 halte yang menjangkau beberapa wilayah strategis di sekitar Kota Yogyakarta. Biaya operasional Trans Jogja sendiri berasal dari biaya operasional kendaraan (BOK) yang ditanggung oleh Pemprov DIY. Kebijakan Trans Jogja saat ini diatur dalam Peraturan Gubernur mengenai penyelenggaraan sistem angkutan perkotaan bersubsidi Trans Jogja dengan sistem buy the service (BTS). Dalam skema BTS, pemerintah tidak hanya memberikan subsidi tetapi juga membayar layanan transportasi berdasarkan kinerja yang dicapai oleh operator. Dengan adanya subsidi ini tarif untuk Trans Jogja sendiri menjadi lebih terjangkau bagi penggunanya sekitar Rp 3.500 untuk pembayaran secara tunai, Rp2.700 untuk pembayaran non-tunai dan QRIS, serta Rp60 bagi pelajar.
Aktivitas
Saat ini Trans Jogja memiliki armada sebanyak 139 armada. Trans Jogja memiliki 267 halte yang mengelilingi Kota Yogyakarta dan sekitarnya dan melayani 21 rute termasuk Bandara Adisucipto - Malioboro via Prambanan, Condongcatur - Bandara Adisucipto, Condong Catur - XT Square, Condong Catur - Terminal Ngabean, Halte TJ Bandara Adisucipto - Halte Ngabean, dan rute-rute lainnya. Perencanaan rute Trans Jogja fokus untuk meningkatkan konektivitas antar area strategis di Yogyakarta, termasuk bandara, pusat wisata, dan pusat pendidikan, agar dapat memfasilitasi perpindahan penduduk dan wisatawan.