Mohon tunggu...
Hana Angelica
Hana Angelica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya seorang mahasiswa

Halo selamat datang, semoga apa yang saya bagikan dapat menjadi manfaat untuk para pembaca!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Linda dan si Bunga Ajaib

9 Oktober 2024   18:26 Diperbarui: 9 Oktober 2024   18:32 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran hutan, hiduplah seorang anak perempuan bernama Linda bersama ayahnya, Pak Nino. Mereka tinggal di sebuah gubuk tua yang hampir roboh. Atapnya bocor di sana-sini, lantainya berderak saat dipijak, dan jendela-jendelanya sudah berlumut. Pak Nino bekerja sebagai tukang kayu, berusaha sekuat tenaga untuk mencukupi kebutuhan mereka, meski uang yang dihasilkan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Linda, meski baru berusia sepuluh tahun, sangat mengerti kondisi mereka. Dia tak pernah meminta sesuatu yang berlebihan. Mimpinya sederhana, yaitu bisa hidup lebih baik dan melihat ayahnya bahagia.

Setiap pagi, Pak Nino akan berangkat ke hutan untuk mencari kayu. Linda sering ikut, membantu semampunya. Di sela-sela waktu bekerja, mereka akan duduk di bawah pohon besar, berbagi bekal seadanya sambil bercerita.

"Linda, suatu hari nanti kita pasti akan hidup lebih baik," kata Pak Nino, menepuk kepala putrinya dengan penuh kasih.

Linda tersenyum tipis, meski di hatinya ia masih ragu kapan harapan itu akan terwujud. Gubuk mereka semakin tua, dan kesehatan ayahnya pun semakin menurun. Namun Linda tak pernah mengeluh. Dia percaya, selama mereka bersama, segalanya akan baik-baik saja.

Suatu sore, ketika Linda sedang bermain di pinggir hutan sendirian, ia menemukan sesuatu yang aneh. Di antara semak-semak yang rimbun, ada sebuah bunga yang sangat indah. Warnanya merah menyala dengan kilauan emas di kelopaknya. Bunga itu tampak berbeda dari bunga-bunga lain yang pernah dilihatnya.

Linda, yang penasaran, mendekati bunga tersebut. Ketika dia menyentuhnya, tiba-tiba sebuah sinar terang menyelimutinya. Suara lembut terdengar di telinganya.

"Anak baik, kamu telah menemukan Bunga Keajaiban. Apa yang kamu inginkan?"

Linda terpana. Dia terdiam sejenak, lalu dengan hati-hati menjawab, "Aku ingin hidup yang lebih baik untuk ayah dan aku. Aku ingin kami tak perlu lagi khawatir soal makanan dan tempat tinggal. Aku ingin ayah bisa beristirahat setelah bekerja begitu keras."

Bunga itu berkilau semakin terang. "Keinginanmu adalah keinginan yang tulus. Pulanglah, dan esok pagi keajaibanmu akan terwujud."

Linda pulang ke gubuk dengan perasaan aneh. Apakah yang baru saja dialaminya itu nyata? Namun, dia tak mengatakan apa-apa pada ayahnya. Malam itu, Linda tidur dengan perasaan penuh harapan.

Keesokan paginya, Linda terbangun lebih awal dari biasanya. Saat membuka mata, dia mendapati sesuatu yang luar biasa. Gubuk tua tempat mereka tinggal telah berubah menjadi sebuah rumah besar dan megah. Dindingnya kokoh, atapnya bersih dan baru, bahkan ada taman yang luas di depan rumah. Linda tertegun. Dia segera berlari ke kamar ayahnya.

"Ayah, lihat! Lihat apa yang terjadi!" seru Linda dengan penuh kegembiraan.

Pak Nino, yang awalnya bingung, akhirnya keluar dari kamar dan melihat keajaiban di depan matanya. Mata pria tua itu berkaca-kaca. "Ini... bagaimana bisa?" tanyanya sambil menatap Linda.

Linda tersenyum, lalu menceritakan tentang bunga ajaib yang ditemukannya di hutan. "Aku hanya ingin kita bisa hidup lebih baik, Ayah. Dan sekarang, lihatlah, keinginan itu menjadi kenyataan."

Pak Nino tak bisa berkata apa-apa lagi selain memeluk putrinya dengan penuh rasa syukur. Sejak hari itu, hidup mereka benar-benar berubah. Mereka tak lagi hidup dalam kekurangan. Rumah baru mereka sangat nyaman, dan Pak Nino tak perlu lagi bekerja keras di hutan. Mereka juga tak perlu khawatir soal makanan atau pakaian.

Beberapa hari kemudian, sebuah surat undangan datang ke rumah mereka. Itu adalah tawaran bagi Linda untuk bersekolah di salah satu sekolah internasional terbaik di kota. Sekolah tersebut menawarkan beasiswa penuh untuk Linda, setelah mengetahui cerita keajaiban yang menimpa keluarganya.

Di sekolah baru, Linda belajar dengan giat. Dia tahu, ini adalah kesempatan besar untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Setiap hari, dia semakin bersyukur atas bunga ajaib yang mengubah hidup mereka. Namun, yang paling penting baginya adalah melihat senyum bahagia di wajah ayahnya setiap hari.

Pak Nino kini bisa beristirahat dengan tenang, tanpa harus bekerja keras di bawah terik matahari. Hidup mereka, yang dulu penuh dengan keterbatasan, kini dipenuhi dengan kebahagiaan dan kelimpahan. Semua itu dimulai dari sebuah bunga ajaib yang ditemukan di tengah hutan, dan dari keinginan tulus seorang anak yang hanya ingin membuat hidup ayahnya lebih baik.

Linda pun berjanji, suatu hari nanti, dia akan kembali ke hutan untuk merawat bunga ajaib itu, sebagai ungkapan terima kasih atas semua berkah yang telah diberikan kepada mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun