Mohon tunggu...
Hana Febriyanti
Hana Febriyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Tanjungpura

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sepotret Kisah Lansia Tukang Sol Sepatu Penerima Bantuan Sosial di Pontianak

8 April 2024   14:35 Diperbarui: 15 April 2024   19:11 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan rumah (sumber: penulis)

Namanya Pak Sanwani, seorang lansia yang memilih untuk tetap produktif di usia senja nya dengan bekerja sebagai tukang sol sepatu. Beliau bertempat tinggal di Desa Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. Beliau hidup dan tinggal bersama-sama dengan 11 anggota keluarganya yang lain, terdiri dari pak Sanwani sendiri, 5 orang anggota keluarga dari anak pertamanya, 5 orang anggota keluarga dari anak keduanya, serta anak ketiganya yang belum menikah. Sehingga didalam rumah pribadi berluaskan 5 x 11 m tersebut, terdapat 3 KK dengan jumlah tanggungan keluarga menyesuaikan dengan masing-masing KK. Tanah tempat pak Sanwani membangun rumah merupakan tanah warisan keluarganya. Tanah warisan yang memanjang dari depan rumah pak Sanwani hingga jauh kebelakang rumah ini dimiliki oleh pak Sanwani dan 3 anggota keluarganya yang lain. Dalam hal Pendidikan, pak Sanwani yang kini berusia 73 tahun hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar.

Kesehatan pak Sanwani menjadi salah satu hal yang semakin membuatnya khawatir. Disaat sakit datang menyerang tubuhnya, pak Sanwani selalu mengandalkan puskesmas terdekat sebagai tempatnya untuk berobat. Kondisi beliau yang sudah renta ini mengakibatkan pak Sanwani sering kali kehilangan nafsu makannya. Terkadang frekuensi makan pak Sanwani hanya satu kali dalam sehari yaitu pada siang hari, sedangkan untuk anggota keluarga yang lain rutin makan dengan frekuensi 2-3 kali perhari.

Kondisi kesehatannya yang semakin menurun ini mengakibatkan Pak Sanwani yang awalnya membuka lapak sol sepatunya di pasar mulai berpindah menjadi di rumah. Hal ini kemudian berdampak pada pendapatan sehari-hari pak Sanwani yang semakin tidak menentu. Bahkan selama 3 bulan terakhir, pak Sanwani tidak menghasilkan pendapatan sepeser pun. Alhasil, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, pak Sanwani mengandalkan hasil kerja dari anak pertamanya yang bekerja sebagai tukang ojek dengan pendapatan total yang tidak menentu setiap harinya, namun terkadang mendapatkan Rp120.000,00/hari serta hasil kerja suami anak keduanya yang bekerja sebagai kuli bangunan dengan pendapatan total berkisar Rp2.000.000,00-Rp2.500.000,00/hari. Dengan penghasilan tersebutlah, pak Sanwani sekeluarga bergantung untuk makan dan memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya.

Rumah keluarga pak Sanwani memiliki 7 ruang yang terdiri dari 5 kamar tidur, 1 ruang tamu, serta 1 ruang dapur yang semuanya memiliki ukuran yang serba minimalis. Rumah ini juga mempunyai dinding yang sepenuhnya terbuat dari semen dan lantai rumah yang sebagian berupa keramik sedangkan sebagian lainnya berupa semen. Atap rumah pak Sanwani seluruhnya berbahan seng. Selain itu, di bagian belakang rumah terdapat pula sebuah toilet/WC pribadi dengan septic tank yang digunakan untuk buang air serta mandi.

Untuk air minum, pak Sanwani sekeluarga mengandalkan air hujan yang ditampung dalam sebuah bak sebelum kemudian dimasak dan dikonsumsi. Untuk sumber air mandi dan cuci berasal dari PDAM dan juga sumur yang berada di belakang rumah. Untuk memasak, pak Sanwani menggunakan gas sebagai bahan bakar yang digunakan sehari-hari. Penerangan yang digunakan dirumah berupa lampu Listrik dengan daya sebesar 450 watt. Untuk aset yang dimiliki, keluarga pak Sanwani memiliki kendaraan berupa 3 buah sepeda motor yang digunakan untuk anak serta menantunya bekerja juga terdapat pula 1 buah sepeda dengan kondisi masih layak pakai. Selain itu, terdapat pula alat elektronik lainnya seperti televisi, kulkas, dan juga handphone. Meskipun memiliki aset yang cukup sederhana, keluarga ini tetap menjaga semangat untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan tulus dan bersemangat.

tampak dalam rumah (sumber: penulis)
tampak dalam rumah (sumber: penulis)

tampak dalam rumah (sumber: penulis)
tampak dalam rumah (sumber: penulis)

Karena kondisinya ini, Pak Sanwani mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah berupa Program Keluarga Harapan (PKH) lansia. Bantuan sosial ini sudah rutin didapati beliau sejak tahun 2020 yang lalu, atas nama istrinya. Namun kemudian berganti kedudukan menjadi atas nama pak Sanwani mulai Januari 2024 yang lalu sejak istrinya meninggal. Bantuan sosial yang didapatkan sebesar Rp200.000,00/bulan yang disetorkan setiap 3 bulan sekali melalui ATM. Pak Sanwani juga terkadang mendapatkan bantuan BPNT berupa sembako yang diberikan secara tidak menentu. Bantuan tersebut, meskipun tidak besar, tetapi dapat memberikan sedikit bantuan finansial bagi pak Sanwani dan keluarganya.

(wawancara mendalam dan observasi dilaksanakaan pada Februari-Maret 2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun