Mohon tunggu...
hanaa
hanaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Potensi Edible Film di Indonesia

30 November 2024   11:59 Diperbarui: 30 November 2024   12:02 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan pangan segar, hewani maupun nabati, rentan mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik intrinsik dari bahan pangan tersebut, seperti kadar air, aktivitas air, pH, aktivitas enzim, maupun kandungan nutrisinya. Selain faktor karakteristik intrinsik, faktor ekstrinsik berupa suhu dan kelembaban juga akan mempengaruhi umur simpan bahan pangan segar. Kerusakan bahan pangan ditandai dengan adanya perubahan karakteristik sensori berupa perubahan warna, tekstur, rasa, serta perubahan kandungan nutrisi. Karakteristik intrinsik berupa kadar air, pH, dan kandungan nutrisi membuat mikroba pembusuk semakin mudah untuk tumbuh pada bahan pangan segar dan menyebabkan kerusakan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan diantaranya penambahan gula atau garam untuk memodifikasi air bebas, penambahan pengawet, fermentasi, atau pengemasan bahan pangan.

Pengemasan pada bahan pangan segar memberikan perlindungan dalam bentuk lapisan pelindung antara bahan pangan dan lingkungannya, sehingga dapat meminimalisir kerusakan pangan akibat faktor lingkungan. Kemasan pada bahan pangan umumnya berbahan dasar plastik, kaca, ataupun kertas. Saat ini, telah banyak dikembangkan kemasan pangan dengan bahan yang mudah terurai untuk mengurangi cemaran limbah pada lingkungan, salah satunya pengembangan edible film sebagai kemasan primer pada bahan pangan.

Menurut para ahli, edible coating dapat didefinisikan sebagai lapisan tipis yang aman untuk dikonsumsi, yang diaplikasikan pada permukaan bahan pangan dengan tujuan melindungi bahan pangan dan dapat dikonsumsi bersamaan dengan bahan pangan tersebut. Berbeda dengan edible coating yang merupakan suatu cairan yang dapat membentuk lapisan pelindung pada suatu bahan pangan, edible film merupakan lembaran terpisah dengan fungsi yang sama. Bahan penyusun edible film maupun coating berupa suatu matriks polimer yang dapat berupa polisakarida, protein, atau lemak. Matriks biopolimer berbasis polisakarida banyak ditemukan pada bahan alam, contohnya pati, kitosan, dan karagenan. Indonesia kaya akan bahan alam yang mengandung pati, seperti ubi kayu, talas, beras, dan jagung, yang umumnya dimanfaatkan dalam bentuk utuhnya untuk dikonsumsi atau dijadikan tepung untuk digunakan dalam pengolahan produk pangan. Sudah terdapat beberapa penelitian terkait pengembangan edible film di Indonesia yang memanfaatkan pati jagung maupun umbi gadung untuk pembuatan komposit edible film. Kekayaan bahan alam Indonesia, disertai hasil pertanian yang berlimpah memberikan banyak ruang untuk pengembangan edible film dan aplikasinya pada produk pangan lokal Indonesia dengan memanfaatkan sumber alam yang sepenuhnya berasal dari kekayaan alam Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun