Mohon tunggu...
Hana Inayatul
Hana Inayatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Bonne Lecture!

Selanjutnya

Tutup

Raket

Atlet Berprestasi di Ajang Bergengsi tapi Malah Tak Diapresiasi

9 Desember 2021   22:13 Diperbarui: 9 Desember 2021   22:20 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Para BL (Badminton Lovers) sebutan bagi pecinta badminton juga kecewa mengingat bagaimana kerja keras tim yang berjuang menahan rasa sakit dan cedera dengan sisa-sisa tenaga yang ada.

 Anthony Ginting yang menahan rasa sakit di punggung ketika di partai semifinal, Jonatan Christie yang menahan rasa sakit di pinggang, serta para pemain lainnya yang jatuh bangun hingga kelelahan saat menaklukkan lawan-lawan dari negara lain. Bahkan Ginting dan Jojo harus mundur dari turnamen France Open karena begitu besar motivasinya untuk membawa pulang Piala Thomas. 

Mirisnya melihat perjuangan atlet saat ini ketika mereka kalah dalam pertandingan malah dicaci, ketika menang pun tak diapresiasi. Apesnya lagi, ketika menyuarakan haknya malah diserang buzzer pula. Bahkan petinggi yang seharusnya paham bidang ini justru untuk mengenali atlet berprestasi pun tak bisa. 

Sebelumnya, Menpora Zainuddin Amali juga pernah menyampaikan pernyataan yang sempat kontroversial dengan mengatakan bahwa Fajri sebutan bagi pasangan ganda putra Fajar/Rian sebagai pebulutangkis tunggal baru yang tidak dikenal publik.

Para atlet hanya memperjuangkan haknya yang telah membawa dan membanggakan nama Indonesia di mata dunia. Bukan perkara uang, sebenarnya tak apa jika memang tidak diberi bonus. 

Sudah sepatutnya kemenangan Indonesia diberi apresiasi yang layak, tak hanya dalam bentuk bonus melainkan apresiasi dalam bentuk pujian maupun bentuk apresiasi lainnya.

Pada 15 Juni 1958 ketika kali pertama Indonesia berhasil membawa pulang piala Thomas, kedatangan para atlet disambut meriah bahkan pemerintah menggelar parade di Jakarta, Bandung, hingga Surabaya. Tak hanya sekedar acara seremonial penyerahan piala dan latihan bersama.

Sikap seorang Menteri Pemuda dan Olahraga seharusnya lebih mengenal dan mengapresiasi atas prestasi para atletnya. Ini berlaku tak hanya di cabang badminton saja melainkan juga di semua cabang olahraga manapun tidak hanya salah satu cabang olahraga tertentu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun