Mohon tunggu...
Hana Inayatul
Hana Inayatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Bonne Lecture!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cafe Sepi Pelanggan Hingga Penurunan Omzet Akibat PPKM Darurat

17 Juli 2021   22:57 Diperbarui: 18 Juli 2021   01:12 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehubungan dengan diberlakukannya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak 3 Juli 2021, banyak berdampak pada pelaku usaha sektor non esensial. Tak sedikit pula yang mengalami kerugian hingga menurunnya omzet.

Dampak PPKM Darurat terhadap ekonomi rakyat cukup besar akibat adanya penurunan mobilitas dan aktivitas masyarakat. Selama dua pekan setelah diberlakukannya PPKM Darurat berdampak besar pada sektor usaha. Terutama sangat memukul para pelaku usaha di bidang non-esensial, seperti pada salah satu coffee shop di Jakarta Timur.

Tempat usahanya terlihat sepi pelanggan dikarenakan adanya pemberlakuan PPKM dimana kegiatan makan dan minum langsung ditempat umum, baik di warung makan, rumah makan, kafe, pedagang kaki lima, lapak jajanan juga dilarang. Ia mengatakan bahwa selama kebijakan ini diberlakukan usahanya merugi sebab banyak bahan-bahan baku yang basi dan akhinya terbuang sia-sia.

"Sesuai apa yang dianjurkan oleh pemerintah untuk mengurangi peningkatan Covid-19, kita patuh hanya buka dari jam 9 pagi sampe jam 8 malem dan itu pun kita hanya menerima take away only, gak nerima makan ditempat", kata Fatur Rohman, salah satu karyawan coffee shop di Jakarta.

Ketika adanya larangan makan ditempat di restoran atau cafe otomatis berdampak pada menurunya angka konsumsi masyarakat. Hal ini, tentunya akan berpengaruh terhadap omset atau pendapatan harian para pelaku pedagang kecil. Sehingga omset penjualannya menurun hingga sekitar 80% dari sebelum kebijakan PPKM darurat diberlakukan. Berbanding jauh dengan sebelum diberlakukannya kebijakan tersebut.

"Sangat anjlok sih dari pendapatan sebelum-sebelumnya, paling kita cuma dapet 5 kali transaksi, mentok-mentok 7 transaksi. Pernah juga gak dapet apa-apa karena orang jarang yang mau kalo take away. Daripada sebelumnya ya, omzet anjlok 80% setelah gak dibolehin makan di tempat ini", keluh Fatur.

Tak bisa dipungkiri di situasi seperti ini mengharuskan para pejuang rupiah untuk memutar otak dan mencari bagaimana strategi agar dapat menarik pelanggan dan bisa mendapatkan pemasukan. Ia pun mencari cara untuk tetap bisa bertahan dengan berusaha menjual produknya dengan berbagai promo yang dapat menarik pelanggan.

"Tapi dengan adanya ini ya kita mau gak mau ikutin apa yang dianjurkan sama pemerintah, aturan yang dibuat ya kita kooperatif demi Indonesia juga semoga membaik kedepannya", tambahnya.

Meski begitu, ia tetap mendukung program PPKM Darurat ini dengan bersikap kooperatif. Dan berharap pemerintah Indonesia bisa lebih memperhatikan lagi pada pelaku usaha kecil mikro sepertinya yang terdampak dari kebijakan tersebut.

Selain itu, juga meminta solusi dan kompensasi oleh pemerintah pusat terhadap dampak yang ditimbulkan dari kebijakan PPKM Darurat ini. Dengan menyalurkan berbagai bantuan sosial tunai kepada pelaku usaha UMKM secara lebih merata dan menyeluruh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun