Siapa yang ingin menjadi korban perundungan? Tentu tidak ada yang menginginkannya. Perundungan merupakan tindakan berbahaya yang dapat memengaruhi psikologis korbannya. Sayangnya, hingga kini perundungan masih kerap terjadi, terutama di kalangan anak-anak.
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2022 terdapat 636 kasus kekerasan fisik, psikis, dan perundungan di Indonesia. Diketahui bahwa pelaku dan korbannya didominasi oleh anak-anak dan remaja.
Minimnya edukasi mengenai perundungan membuat anak-anak acap kali menjadi pelaku dan korban perundungan tanpa mereka sadari. Diperlukan peranan dari orang tua dan guru dalam mengawasi tindakan anak-anak, serta menanamkan nilai-nilai anti perundungan pada anak sejak dini. Selain itu, pemilihan media yang tepat juga dibutuhkan agar anak dapat dengan mudah memahami pengajaran anti-perundungan. Namun, opsi media yang tersedia untuk hal ini masih terbatas.
Afifan, salah seorang mahasiswa asal Universitas Sumatera Utara (USU) menawarkan solusi unutk permasalahan tersebut. Ia bersama teman satu timnya di Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) berinisiatif mengerjakan proyek Scolar, media edukasi anti-perundungan yang ditujukan untuk anak kecil, terutama yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
Scolar merupakan singkatan dari Smart Comic Learning berbasis Augmented Reality. Pada proyek Scolar, mahasiswa yang berasal dari Program Studi Teknologi Informasi tahun 2020 ini merilis komik yang diberi judul "Mission of Alisa". Edukasi melalui media komik ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca pada anak.
"Sebagai alternatif media pembelajaran anak yang asik dan tidak membosankan agar meningkatkan minat baca anak. Secara tidak langsung dari komik itu kita bisa masukkan nilai-nilai edukasi," terang Afifan.
Komik "Mission of Alisa" dilengkapi teknologi augmented reality (AR) yang dapat diaktifkan melalui aplikasi Scolar yang tersedia di Google Play Store. Dengan teknologi AR, pembaca bisa mengaktifkan efek 3D pada gambar yang ada di komik. Afifan menjelaskan, selain menambah daya tarik, penyematan AR pada komik ditujukan agar penggunaan handphone pada anak-anak menjadi hal yang bermanfaat.
"Karena kami latar belakangnya IT, maka dari itu kami integrasikan dengan teknologi augmented reality, yang mana tujuannya untuk menambah daya tarik anak dalam membaca, khususnya edukasi pencegahan perundungan. Selain itu, dengan kita juga buat aplikasi, jadi anak menggunakan handphone ke hal yang positif," terangnya.
Komik setebal 67 halaman tersebut akan membawa pembacanya menelusuri perjalanan tokoh Alisa memberantas kasus perundungan yang terjadi pada temannya. Desainnya yang dibuat penuh warna akan menarik perhatian anak untuk berlama-lama membacanya. Ditambah adanya teknologi AR, membuat anak-anak bisa merasakan karakter tokoh-tokohnya seakan menjadi hidup.
Selain itu, melalui aplikasi Scolar anak-anak bisa menjawab soal-soal seputar perundungan dan mengerjakan misi-misi yang tersedia. Dengan begitu, diharapkan anak-anak dengan mudah bisa memahami pesan anti perundungan yang Afifan dan teman-temannya coba sampaikan.