Mohon tunggu...
Hana
Hana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Halo, saya Hana! Saya merupakan seorang mahasiswa yang berkeinginan mengasah kemapuan menulis. Mohon beri dukungan dengan membaca tulisan-tulisan saya dan memberi masukan yang membangun. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Kerap Dirundung Saat Kecil, Mahasiswa USU Garap Proyek Scolar, Tembus Pimnas 2023

30 November 2023   20:16 Diperbarui: 30 November 2023   20:38 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Space Publisher

Siapa yang ingin menjadi korban perundungan? Tentu tidak ada yang menginginkannya. Perundungan merupakan tindakan berbahaya yang dapat memengaruhi psikologis korbannya. Sayangnya, hingga kini perundungan masih kerap terjadi, terutama di kalangan anak-anak.

Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2022 terdapat 636 kasus kekerasan fisik, psikis, dan perundungan di Indonesia. Diketahui bahwa pelaku dan korbannya didominasi oleh anak-anak dan remaja.

Minimnya edukasi mengenai perundungan membuat anak-anak acap kali menjadi pelaku dan korban perundungan tanpa mereka sadari. Diperlukan peranan dari orang tua dan guru dalam mengawasi tindakan anak-anak, serta menanamkan nilai-nilai anti perundungan pada anak sejak dini. Selain itu, pemilihan media yang tepat juga dibutuhkan agar anak dapat dengan mudah memahami pengajaran anti-perundungan. Namun, opsi media yang tersedia untuk hal ini masih terbatas.

Afifan, salah seorang mahasiswa asal Universitas Sumatera Utara (USU) menawarkan solusi unutk permasalahan tersebut. Ia bersama teman satu timnya di Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKM-K) berinisiatif mengerjakan proyek Scolar, media edukasi anti-perundungan yang ditujukan untuk anak kecil, terutama yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Scolar merupakan singkatan dari Smart Comic Learning berbasis Augmented Reality. Pada proyek Scolar, mahasiswa yang berasal dari Program Studi Teknologi Informasi tahun 2020 ini merilis komik yang diberi judul "Mission of Alisa". Edukasi melalui media komik ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca pada anak.

"Sebagai alternatif media pembelajaran anak yang asik dan tidak membosankan agar meningkatkan minat baca anak. Secara tidak langsung dari komik itu kita bisa masukkan nilai-nilai edukasi," terang Afifan.

Komik "Mission of Alisa" dilengkapi teknologi augmented reality (AR) yang dapat diaktifkan melalui aplikasi Scolar yang tersedia di Google Play Store. Dengan teknologi AR, pembaca bisa mengaktifkan efek 3D pada gambar yang ada di komik. Afifan menjelaskan, selain menambah daya tarik, penyematan AR pada komik ditujukan agar penggunaan handphone pada anak-anak menjadi hal yang bermanfaat.

"Karena kami latar belakangnya IT, maka dari itu kami integrasikan dengan teknologi augmented reality, yang mana tujuannya untuk menambah daya tarik anak dalam membaca, khususnya edukasi pencegahan perundungan. Selain itu, dengan kita juga buat aplikasi, jadi anak menggunakan handphone ke hal yang positif," terangnya.

Komik setebal 67 halaman tersebut akan membawa pembacanya menelusuri perjalanan tokoh Alisa memberantas kasus perundungan yang terjadi pada temannya. Desainnya yang dibuat penuh warna akan menarik perhatian anak untuk berlama-lama membacanya. Ditambah adanya teknologi AR, membuat anak-anak bisa merasakan karakter tokoh-tokohnya seakan menjadi hidup.

Selain itu, melalui aplikasi Scolar anak-anak bisa menjawab soal-soal seputar perundungan dan mengerjakan misi-misi yang tersedia. Dengan begitu, diharapkan anak-anak dengan mudah bisa memahami pesan anti perundungan yang Afifan dan teman-temannya coba sampaikan.

Latar belakang munculnya ide pengerjaan proyek Scolar ini tidak terlepas dari pengalaman Afifan yang sempat mendapatkan perundungan. Pernah menjadi korban saat berusia delapan tahun membuatnya sangat mengerti bagaimana rasanya dikucilkan. Ia kehilangan kepercayaan diri dan sering merasa berkecil hati.

Sosok bernama lengkap Mhd Afifan Aly Rahman Saragih ini mencoba sabar dan menerima kekurangan dirinya. Ia lalu belajar bagaimana hidup dengan perbedaan. Tahun demi tahun berlalu, pelan-pelan Afifan akhirnya berdamai dengan perundungan yang diterimanya. Ia lantas mencoba untuk bangkit.

Sejak usia 15 tahun hingga kini menjadi mahasiswa semester 7, Afifan selalu mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas yang mendorongnya untuk produktif dan menjadi pribadi yang bertumbuh. Ia meyakini, kegiatan positif akan membawanya bertemu dengan orang-orang baik yang dapat menerima dirinya.

"Saya coba memperbanyak ikut kegiatan-kegiatan positif, sehingga bisa dapat lingkungan yang postif juga dan tentunya lingkungan kita bisa menerima perbedaan dan keberagaman kita. Sekarang kalau diejek atau dicandain saya cuma anggap itu bergurau atau candaan pencair suasana aja, tidak pernah masukin ke hati. Jadi, apa pun orang bilang saya tetap enjoy dan yakin dengan diri sendiri atas perbedaan yang saya punya, terutama dalam hal kekurangan," tutur Afif.

Kini, Afifan beserta teman satu timnya sedang fokus berlaga di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Tahun 2023 di Universitas Padjajaran membawa proyek Scolar. Tentunya, untuk lolos sampai ke Pimnas 2023 bukan perkara gampang. Perjalanan panjang disertai bermacam rintangan telah Afifan dan timnya lalui. Namun Afifan percaya, tiada usaha yang sia-sia.

"Harus ditanamkan dalam diri bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Habiskanlah jatah gagal kita agar di masa kita tinggal menuai kesuksesan," pungkas Afifan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun