Mohon tunggu...
Hana ulfiah
Hana ulfiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Teori psikososial Erik Erikson

19 Januari 2025   10:01 Diperbarui: 19 Januari 2025   10:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Teori Psikososial Erik Erikson adalah salah satu teori perkembangan manusia yang paling terkenal. Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan pengalaman sepanjang kehidupan seseorang dalam membentuk kepribadian mereka. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia berlangsung melalui delapan tahap yang berbeda, mulai dari bayi hingga usia lanjut. Setiap tahap ini melibatkan konflik atau krisis yang harus diselesaikan, dan bagaimana seseorang menyelesaikan konflik ini akan berdampak pada perkembangan kepribadian mereka.

Berikut adalah delapan tahap perkembangan psikososial Erikson:

1. Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)

Pada tahap ini, bayi belajar untuk percaya kepada dunia sekitarnya, terutama kepada pengasuh utamanya. Jika pengasuhan yang diberikan konsisten dan penuh kasih sayang, bayi akan mengembangkan rasa percaya. Jika tidak, bayi dapat mengembangkan rasa ketidakpercayaan.

2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)

Anak mulai mengembangkan kemandirian. Jika didukung, mereka akan merasa mampu dan percaya diri. Namun, jika terlalu sering dikontrol atau dihukum, anak bisa merasa malu dan ragu pada kemampuannya sendiri.

3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Pada usia prasekolah, anak-anak mulai menunjukkan inisiatif dalam bermain dan aktivitas lainnya. Jika mereka didukung, mereka akan mengembangkan inisiatif. Namun, jika mereka selalu merasa bersalah atas tindakan mereka, ini bisa menghambat rasa inisiatif mereka.

4. Tahap Produktivitas vs Inferioritas (6-12 tahun)

Pada tahap ini, anak-anak mulai belajar keterampilan dan tugas-tugas baru, terutama di lingkungan sekolah. Jika mereka berhasil dan didukung, mereka akan merasa produktif. Sebaliknya, jika mereka merasa gagal atau diremehkan, mereka dapat mengembangkan rasa inferioritas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun