Mohon tunggu...
nurul hana mustofa
nurul hana mustofa Mohon Tunggu... -

mahasiswa uin maliki malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa yang bisa menentukan bagian rizkinya

12 Desember 2015   08:15 Diperbarui: 12 Desember 2015   08:15 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang bisa menentukan bagian rizkinya

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه

 

Wahai saudara-saudaraku . . .

Setiap insan pasti memperoleh rizki. Baik itu yang bersifat karena jeripayahnya sendiri maupun yang bersifat lewat tangan orang lain yaitu rizki yang tanpa adanya usaha pemerolehannya. Baik muslim atau non muslim semuanya mendapatkan rizki, yang membedakan antara keduanya yaitu seorang muslim mempercayai bahwa semua yang ia dapatkan tidak lain hanya karena Allah, tanpa seizin-Nya mustahil seorang muslim bisa mendapat rizki. Sedangkan bagi orang non muslim, semua yang ia peroleh, ia dapatkan, semua karena jeripayahnya sendiri, tidak ada kepercayaan akan Allah yang mengatur rizkinya.

Rizki yang telah diatur, dibagi dan ditentukan oleh Allah ternyata tidak cukup bagi seorang insan untuk mempercayai sepenuhnya bahwa semuanya karena Allah. Karena kurangnya bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepadanya. Setiap anak Adam yang lahir didunia telah ditentukan bagian-bagiannya sendiri, baik rizki, kapan waktu matinya, jodoh, hidupnya sengsara atau bahagia dan masuk neraka atau surga, semua itu telah ditentukan oleh Allah.

Terkadang ada seseorang yang menghabiskan waktunya setiap hari untuk mencari rizki, bahkan sampai mengatakan bahwa waktu itu adalah uang, tanpa ada sedikitpun meluangkan waktunya untuk melakukan ibadah, hidup dijadikan olehnya hanya untuk mencari rizki. Dia tidak puas dengan apa yang didapatnya, selalu ingin mendapatkan lebih, padahal semua itu sudah ada yang mengaturnya. Prilaku yang seperti itu sungguh bertentangan dan berkebalikan dengan esensi hidup yang semestinya, yaitu hidup untuk beribadah dengan menjadikan rizki sebagai penghalang menjalankan ketaatan kepada Allah.

Ada sebuah hikayah pada zaman Nabi Ibrahim As. Tatkala Ia berburu disebuah hutan untuk beberapa hari, Ia membawa perbekalan makanan. Ditengah jalan, ia berhenti disebuah tempat, kemudian mengeluarkan bekalnya yang berupa roti dan bersiap-siap menyantapnya. Namun, tiba-tiba seekor burung gagak datang dan menyambar bekalnya itu. Yang bikin aneh, burung itu hanya mengambil setengah rotinya saja, lalu membawanya terbang keangkasa dengan paruhnya.

Setelah melihat kejadian itu, Ibrahim mengikuti burung tersebut dengan menaiki kudanya. Ketika burung gagak tersebut sampai disebuah gunung dan hilang dari pandangannya, Ibrahim penasaran dan mendaki gunung itu untuk mencarinya. Tak lama kemudian ia melihat burung gagak itu kemudian mendekatinya. Tetapi ketika sampai didekatnya burung gagak itu terbang lagi, dan Ibrahim melihat seseorang yang terikat dengan tambang dalam kondisi berbaring tak bisa bergerak.

Setelah melihat keadaan seperti itu, Ibrahim lalu melepaskan orang tersebut dari tambang yang mengikatnya dan bertanya tentang apa yang menimpanya. Kemudian orang itupun bercerita, "sebenarnya aku ini seorang pedagang. Beberapa waktu lalu aku dihadang oleh sekawanan perampok. Mereka merampas seluruh hartaku, kemudian mengikat dan membuangku ketempat ini. Sudah tujuh hari aku dalam keadaan seperti ini. Tapi, setiap hari ada burung gagak yang datang membawakan sepotong roti, lalu bertengger di atas dadaku dan memotong-motong roti itu dengan paruhnya seraya menyuapkan kemulutku. Sungguh selama tujuh hari itu Allah sama sekali tidak membiarkanku kelaparan."

Benar adanya Allah telah menentukan bagian tiap seseorang dengan kadar kebutuhannya. Baik itu dilewatkan tangan sesama hamba-Nya maupun melalui makhluk ciptaan-Nya berupa hewan. Bahkan seseorang tidak bisa mempertahankan rizki yang berada di tangannya kecuali dengan kehendak Allah.

 

 

Oleh : Nurul Hana Musyofa

6 November 2015

PP. Anwarul Huda, Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun