Secara sederhana, kepuasan dalam bekerja dipengaruhi oleh dua faktor. Apakah saya memiliki kebanggaan diri saat melakukan itu? Apakah saya mendapatkan gaji banyak, sehingga berbagai keinginan dapat tercapai? Ya, cukup mereka saja. Validasi orang lain justru akan menjadi beban. Memang cicilan segala macam dibantu membayar?
Kebangaan diri dalam pekerjaan muncul ketika kita dapat menyalurkan pendidikan yang relevan di sana. Selain itu, sesuai dengan minat dan secara status sosial dinilai terhormat. Mengedepankan hal ini secara tidak langsung akan memberikan dampak lain yaitu menumbuhkan semangat untuk terus mengembangkan nilai diri.Â
Contohnya, pekerjaan sebagai dosen. Kalau ditanya orang lain dan menjawab demikian, reaksi sebagian bahkan hampir seluruhnya adalah, "Wah, pasti pintar makanya diterima." Sebagai pendidik di tingkat lanjut ini, deskripsi kerja tidaklah sekadar menyampaikan materi, tetapi bergelut dengan berbagai penelitian yang akan mempengaruhi kredibilitas diri dan akreditasi universitas. Oleh karena itu, aktivitas yang dilakukan akan terkesan dinamis, karena terpacu untuk senantiasa berkembang.Â
Sayangnya, gaji seorang dosen pada umumnya tidak sebesar itu. Oke, ada yang lebih dari cukup, dengan catatan rajin ikut penelitian, sudah PNS, profesor, atau hal-hal lain yang dapat memberikan tambahan penghasilan. Jadi, bagi sebagian orang, pekerjaan ini bukanlah yang paling ideal.Â
Katakanlah, seseorang lulusan S2 atau mungkin S3 ingin mendapatkan gaji yang lebih besar dari dosen. Maka, dia akan mencari pekerjaan lain, misalkan melamar ke perusahaan luar negeri. Kendati demikian, pekerjaan itu tidak sesuai dengan pendidikan, kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia yang berburuk sangka kalau ada yang di rumah saja, tetapi punya uang, dianggap pesugihan, padahal tidak mengerti ada WFH, dan tidak ada jenjang karier yang jelas untuk meningkatkan kredibilitas, kecali hanyalah pengalaman yang berbicara.Â
Pada akhirnya, seseorang harus memilih apakah pekerjaannya memberikan dia kebanggaan atau gaji yang besar. Kalau bisa dua-duanya, kenapa tidak? Namun, ketika baru merintis karier, perlu dipilih salah satu terlebih dahulu agar lebih realistis dan tidak memaksakan kapasitas.Â
Pride or paid. Mana yang menjadi prioritas sekarang? Sesuaikan pula dengan kondisi keuangan saat ini. Apakah orang tua saya mempunyai penghasilan sendiri, sehingga saya tidak perlu menafkahinya? Apakah saya memerlukan uang banyak dalam waktu singkat? Â
Baik pride or paid, sebenarnya tidak menjadi masalah selama kita konsisten dalam melakukannya, sehingga menjadi ahli di bidang yang dikerjakan. Jikalau masih bingung dalam menentukannya, cobalah banyak kesempatan, karena kita tidak tahu di mana kita akan berkarier. Apa pun itu, yang terpenting esensinya akan sampai ke diri sendiri tanpa perlu memenuhi ekspektasi orang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H