Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga Cabai Meroket, Begini Aksi Masyarakat untuk Bertahan

24 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2022   08:27 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                

Fenomena kenaikan harga bahan pokok sudah bukan hal luar biasa lagi. Bulan ini, cabai adalah komoditas tersebut. Ada berbagai faktor sebagai latar belakang, seperti cuaca buruk penyebab panen kurang maksimal. 

Kalau dibandingkan, si imut nan menggigit itu menempati posisi seperti beras di mana harus tersedia sehari-hari. Masakan Indonesia tanpa ada sensasi pedas? Sama seperti sayur tanpa garam. Seolah menjelma bak barang teramat berharga, berikut ragam aksi masyarakat untuk bertahan di tengah impitan ekonomi.

            Pembelian dengan Sistem Hitungan Per Biji

Harga naik bukan berarti laba pedagang akan bersifat kebalikan. Mereka mau tidak mau harus memutar otak untuk mendapatkan pemasukan seperti biasa. Sebelum terjadi lonjakan, cabai lazim dijual dengan standar berat yaitu ons dan kilogram. Namun, tentu tidak berlaku sekarang di mana mereka dengan telaten menghitung satu demi satu ketika pembeli memberikan sejumlah uang sebagai tebusan tanpa memedulikan ukuran paten lagi.

Cara berdagang tersebut sudah mirip seperti ketika kita membeli gorengan. Per item sangat berharga, sehingga perlu penghitungan sedemikian rupa. Bagi pecinta pedas, hal ini tentu sangat merugikan, apalagi sudah tidak ada lagi bonus dari penjual langganan. 

Kendati demikian, kita pun perlu bersikap empati dengan menerima seberapa pun sambal sebagai penguat rasa di makanan penggugah selera seperti bakso dan mi ayam. Kita harus menerima konsekuensi agar semua sama-sama untung.

Pepatah mengatakan, sedia payung sebelum hujan. Sekarang, sedia cabai sebelum makan. Kalau kudapan tersebut kurang pedas, tambahlah sendiri di rumah. Impas, semua diuntungkan dan siklus pembelian si merah berbiji tetap berjalan dengan normal.

            Menjaga Sawah 24 Jam agar Cabai Tidak Dicuri

Di setiap daerah, rata-rata harga cabai per kilogram sudah menyentuh angka 100 ribu, menyamai harga daging. Ketika seseorang ingin mendapatkan untung dengan instan, dia bisa menempuh jalan pintas dengan mencuri cabai di sawah, lalu menjual dengan nominal sedikit lebih rendah dari para kompetitor.

Tips tidak terpuji ini sudah diendus atau terbaca oleh petani, sehingga mereka rela menjaga sawah bergantian dengan keluarga selama 24 jam. Coba saja dulu sebelum kenaikan terjadi. Mereka akan mengandalkan orang-orangan untuk tugas monitor. 

Kalau hewan sih efektif, tetapi bagaimana dengan manusia? Ada hikmah tersendiri dari keputusan mereka. Dengan terjun langsung ke lapangan, tidak ada satu pun bisa menyentuh harta karun mereka, kan?

            Mencampurkan Cabai Hijau untuk Masakan

Cabai merah lebih populer digunakan untuk masakan, karena tidak berbau langu. Namun, pecinta pedas sudah tidak bisa banyak memilih sekarang. Mereka terpaksa mencampur dua varian agar tetap merasakan sensasi membakar di mulut mereka. Adakah hikmah di balik ini semua? Ya, mereka berkesempatan untuk mengeksplor menu agar tetap nikmat meski tanpa menggunakan bahan favorit secara utuh.

Cabai hijau lazim untuk bumbu masakan Padang. Apakah pecinta pedas banyak banting setir ke menu makanan kaya rempah itu? Mungkin saja dan semoga mereka menyadari bahwa keterampilan mengolah bahan pangan adalah kunci, sehingga semua tetap terasa nikmat meski hati terasa sepat.

Kenaikan harga cabai tidak sekali dua kali terjadi, sehingga pedagang terkhusus makanan pedas dapat menerapkan serangkaian tips dalam sistem penyimpanan. Mereka bisa menyetok bahan baku ketika harga normal. Alhasil, mereka tidak akan terlalu mumet di kemudian hari.

Dilansir dari Popmama, ada serangkaian cara untuk menyimpan cabai agar lebih awet. Tidak lain dan tidak bukan adalah dengan mengandalkan kulkas. Namun, sebelum itu kita perlu melakukan persiapan. Pertama-tama, jangan cuci dan buanglah tangkai agar memperlambat proses pembusukan. Kemudian, simpanlah di wadah tertutup beralaskan tisu sebagai media penyerapan air. Sangat disarankan menyisipkan sebonggol bawang putih serta jauhkan dari produk lain seperti susu, telur, maupun keju. Jika menginginkan solusi praktis, olahlah menjadi chili oil atau keringkan saja.

Aksi masyarakat untuk menanggulangi kenaikan harga cabai masih tergolong wajar, karena mereka tetap mempertahankan siklus ekonomi. Tugas kita sebagai pembeli atau pecinta pedas adalah menerapkan sikap empati dan kreativitas agar semua sama-sama diuntungkan. Selain itu, hindarilah kekerasan sebagai bentuk protes, mengingat semua disebabkan oleh cuaca dan kita tidak bisa mengubah kenyataan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun