Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Korelasi Hidup Minimalis, Kesehatan Jiwa, dan Kebahagiaan

10 Oktober 2018   18:25 Diperbarui: 10 Oktober 2018   18:35 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            10 Oktober diperingati sebagai hari kesehatan jiwa sedunia. Motivasi perayaan tersebut tercetus dari kesadaran masyarakat yang kurang terhadap masalah psikologis dan sangat mengerucut pada satu kata: gila. Padahal, cakupan di sini teramat luas, bahkan seseorang bisa saja tidak sadar kalau mengalami gangguan.

Lantaran dipukul rata pada kegilaan, tidak banyak orang tahu mengenai gangguan jiwa ringan. Hal-hal yang dialami sehari-hari merusak otak, tapi dianggap sebatas perubahan suasana hati. Semua serba dianggap lumrah. Begitulah.

Beberapa penyebab gangguan jiwa ringan adalah ketidak seimbangan hormon, menjalani kehidupan dengan penuh tekanan, dan memiliki sedikit teman, bahkan tidak sama sekali. Kalau mau mengubah pola hidup, hal ini dapat dihindari. Sesederhana itu. Hanya kita yang memiliki kendali.

Sementara itu, gangguan jiwa ringan yang banyak menjangkiti masyarakat adalah kecemasan, tidak mampu mengendalikan keinginan, dan sindrom respons stres. Kembali, hal ini dipicu oleh pola hidup yang tidak sesuai, sehingga merasa terus ada tuntutan dari berbagai kebutuhan.

Untuk itu, menerapkan pola hidup minimalis bisa menjadi solusi.

Menerapkan pola hidup minimalis tidak hanya membatasi sikap konsumtif, melainkan memberikan dampak positif lain seperti lebih minim stres, bebas, produktif, memiliki banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yang disukai, tidak terikat masa lalu, mampu mencurahkan hati pada hal penting, waktu istirahat cukup, dan menunjukkan sesuatu berharga di diri sendiri.

Memulai hidup minimalis dapat ditempuh melalui lima langkah yaitu memiliki barang yang relevan atau benar-benar dibutuhkan, bukan sekadar sebagai simbol kekayaan, mengawali membersihkan kamar, menikmati suatu hal tanpa obsesi, memikirkan apakah hanya bergantung pada materi, dan memilah pakaian.

Untuk mewujudkan hidup minimalis, banyak cara yang bisa ditempuh. Misalkan, dari segi fesyen, seseorang menerapkan konsep capsule wardrobe dan less is more.

Kunci sukses menerapkan pola hidup minimalis adalah tekad yang kuat dari diri sendiri dan berani berbeda dari lingkungan. Misalkan, jika lingkup pergaulan berada di antara kaum sosialita, jangan pakai topeng hedonisme untuk mengikuti gaya tersebut.

Berbeda tidak selalu salah, melainkan demi kebaikan diri sendiri. Lepaskan segala beban yang justru remeh dan bisa dihindari kalau kita bisa menurunkan gengsi. Bertanyalah, kita hidup untuk siapa? Kalau terus menerus mengikuti orang lain, bagaimana bisa fokus meraih pencapaian?

Menurut penelitian yang mengambil koresponden sebanyak 2.500 orang dari berbagai negara, 87% dari mereka lebih bahagia saat menerapkan hidup minimalis. Hal ini disebabkan lantaran mereka mampu menikmati hidup secara utuh, tanpa distraksi dari luar tentang sebuah pengakuan.

Selain bahagia, dengan menerapkan pola hidup minimalis, seseorang akan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Syukuri saja dan jalani, begitu yang tertanam di pikiran mereka.

Menerapkan pola hidup minimalis dapat menjauhkan seseorang dari gangguan jiwa ringan, karena mereka bisa menghargai diri sendiri dan menikmati hidup dengan utuh. Hal ini bermuara pada satu kata: kebahagiaan (tanpa beban).

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun