Museum Balaputra Dewa memiliki berbagai benda bersejarah yang dipamerkan mulai dari arca sampai alat musik, dengan jumlah item sebanyak 3.882! Menariknya, terdapat pula kebudayaan Megalith atau batu di Sumatera Selatan. Sementara si primadona di sini yaitu rumah Limas, ternyata memiliki filosofi agama Islam, alih-alih sejarah. Hal tersebut kemungkinan besar digunakan sebagai sarana dakwah.
      Museum yang mencakup banyak peninggalan sejarah, bukan? Kendati menyimpan banyak informasi berguna, di mana harus diketahui generasi ke generasi agar budaya tersebut tidak sirna, harga tiket masuknya sangat terjangkau.
      Berapapun pecahan uangnya, semua memiliki nilai historis masing-masing. Soal ekspresi kurang senyum, biarlah sekadar menjadi lelucon, tanpa melupakan peristiwa heroik apa yang sudah terjadi. Melalui si ungu sepuluh ribuan, kita diberikan gambaran tentang rumitnya keadaan di Sumatera Selatan saat penjajah berkuasa.
      Tujuan memilih pahlawan dan objek bersejarah sebagai model di pecahan uang adalah memudahkan penyebaran sejarah ke seluruh nusantara. Dengan begitu, sewajarnya jika peninggalan tersebut lebih dicintai dan dihargai. Kunjungi, lindungi dengan tidak melakukan pencurian dan vandalisme, serta lestarikan melalui cara kekinian seperti membagikan dokumentasi atau tulisan ke media sosial
NB: Artikel ini awalnya saya kirim untuk mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh @kemdikbud.ri, @budayasaya, dan @cagarbudayadanmuseum dalam rangka memeriahkan perhelatan Asian Games.Â
Saya pribadi ingin menjadi bagian dari ajang olahraga tersebut, sehingga memotivasi saya menuliskan ide itu. Sayangnya, saya hampir lupa tenggat pengumpulan karya. Saya pun mengerjakannya beberapa jam sebelum ditutup, berbekal riset dari internet dan teman di Palembang. Semua serba diburu waktu, bahkan tidak sempat melakukan penyuntingan. Wajar saja karya saya tidak terpilih. Kendati demikian, dengan mengunggahnya di sini, cukup mengobati kekecewaan saya. Setidaknya ada yang membaca.