Pengecat itu mengiyakan. Kemudian, ia melanjutkan pekerjaannya. William mengedarkan pandangan ke sekitar rumah pak Darwin. Ternyata, rumah orangtua itu terdapat banyak pepohonan.
William kembali menusukkan jarum ke bokong yang terlihat seperti big size hamburger itu. Si pemilik melompat kaget untuk kedua kalinya. Ia lantas memarahi anak nakal itu dengan wajah seperti kepiting rebus sambil mengelus-elus bokongnya.
"Paman, aku tidak melakukan apa-apa." William mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru halaman. "Lihatlah, di sini banyak pohon. Pasti tadi bokongmu disengat lebah."
"Pandainya, ya, kau berbohong!" Pria itu hendak menjewer kuping William. Akan tetapi, anak itu berlari menghindar. Kebetulan, di ujung halaman terdapat sebuah pohon yang cukup besar. William pun memanjatnya. Ia yakin, pria tambun itu pasti tidak akan bisa memanjat seperti dirinya.
"Hei, turun kau, nak!" Pria itu menggoyang-goyang pohon itu dengan tujuan si anak nakal akan terjatuh. Sayangnya, yang terjatuh bukanlah apa yang diinginkannya, melainkan... Sebuah sarang lebah!
"Kurang ajar kau, nak!" umpat pria itu sembari mengibaskan kedua tangannya ke sembarang arah untuk mengusir lebah-lebah yang mengerumininya.
"Itu salah paman yang menggoyang-goyang pohonnya!"
Setelah dibuat benjol-benjol oleh sengatan lebah-lebah itu, si pria pengecat akhirnya pulang dengan sangat marah, dan tidak mau melanjutkan pekerjaannya lagi di rumah pak Darwin. Lelaki renta itu sangat kecewa. Namun, William dengan senang hati akan melanjutkannya. Ia juga berjanji akan menggambarinya dengan gambar-gambar lucu.
---FIN---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H