Kedaulatan pangan adalah hal krusial bagi bangsa ini. Kegiatan produksi pangan harus terus dijaga agar tidak ada krisis pangan ataupun kenaikan harga pangan secara nasional atau di daerah tertentu pada waktu tertentu.
Hal tersebut yang coba dilakukan oleh Kabupaten Sleman. Daerah yang memang memiliki potensi pertanian, terutama padi ini, memang selalu ambisius dalam memenuhi target panennya. Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman menargetkan panen 273.000 ton padi pada 2019 ini.
Perhitungannya sederhana. Lahan baku yang tersedia di Sleman seluas 18.137 hektare, dengan asumsi dua kali hingga tiga kali tanam, maka Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan menargetkan luas tanam di wilayah Sleman pada 2019, 45.500 hektare.
Produktivitas panen wilayah Sleman rata-rata 6 ton per hektare, jadi jika dikali dengan luas tanam 45.500 hektare, ditargetkan akan ada panen 273.000 ton padi.
Biasanya, target luas tanam tersebut mencapai 48.000 hektare, namun karena adanya El-Nino, pihak dinas merevisi menjadi 45.500 hektare. Kalau sudah dipastikan oleh BMKG adanya El-Nino, petani akan disarankan untuk beralih ke komoditas lain yang tidak boros air.
Sedangkan untuk luasan lahan panen di Maret-April ini, DP3 menargetkan agar bisa mencapai 16.212 hektare, panen tersebut, sudah berjalan sekitar tiga minggu ini. Paling tidak target luasan lahan panen semeleset-melesetnya 16.000 hektare.
Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas para petani sekaligus mempertahankan swasemda pangan Kabupaten Sleman, DP3 juga memberikan bantuan mesin pengering kepada kelompok tani di Sleman.
Di Sleman baru di dua titik, yakni di Berbah dan Pandowoharjo, nanti akan ditempatkan lagi di Godean, cuma diminta untuk menyiapkan lokasi dulu. Di Sleman akan optimal jika ada 5-7 mesin.
Ikhtiar yang dilakukan Kabupaten Sleman melalui DP3 ini pun diapresiasi oleh salah seorang tokoh lokal, Bambang Soepijanto. Menurutnya, tiap kabupaten produktif di Yogyakarta wajib untuk terus berambisi meningkatkan hasil pangannya. Hal ini penting untuk menjaga ketersediaan pangan bagi masyarakat dan menjaga harga pangan agar tetap terjangkau.
Bambang Soepijanto yang juga tengah maju sebagai calon anggota DPD DIY ini juga menambahkan, jikapun produksi pangan surplus dari kebutuhan warga lokal, pedagang bisa menjual pangan ke daerah tetangga atau bahkan mengekspor ke luar negeri jika dibutuhkan.
Saat ini, negara-negara dunia memang membutuhkan "lumbung padi" untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Lahan pertanian yang makin menyempit membuat produksi pangan banyak terhambat di banyak negara, sehingga pasar ekspor pangan akan terus terbuka.