Belakangan ini kita dihebohkan dengan kabar maraknya pencemaran plastik di laut Indonesia. Negeri ini tercatat sebagai pembuang sampah plastik nomor dua terbesar di dunia. Sampah plastik dapat ditemukan di permukaan laut, di dasar laut, dan lebih miris lagi, di dalam perut ikan-ikan di laut.
Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Ekosistem laut bisa terancam keberadaannya, dan sangat mungkin membahayakan umat manusia. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa partikel plastik super kecil, alias mikro plastik dan bahkan nano plastik, sudah mulai masuk ke dalam rantai makanan kita, dan bahkan bisa ditemukan di tubuh kita. Solusi pun harus dipikirkan secepatnya.
Cara paling mudah tentu saja dengan mengurangi penggunaan plastik. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai macam cara-cara sederhana. Misalnya, mulailah bawa tempat minum sendiri dari rumah, sehingga tidak perlu lagi beli air dalam kemasan plastik. Bawa tas belanjaan sendiri ketika akan berbelanja, sehingga tidak membutuhkan plastik. Hindari memakai sedotan saat minum. Ketika beli minum hendaknya minum di tempat saja jangan dibungkus, agar tidak memakai gelas plastik sekali pakai. Dan masih banyak lagi cara lainnya.
Ada lagi berbagai inovasi untuk "memusnahkan" plastik yang sudah ada. Sudah banyak orang yang bisa menggunakan ulang plastik sekali pakai untuk keperluan lain. Plastik kresek bisa dikumpulkan untuk membungkus sampah. Plasti botol minum bisa jadi wadah alat tulis, dan lain sebagainya.
Ada pula usaha untuk mendaur-ulang plastik, misalnya, plastik botol minum bisa diproses menjadi benang yang bisa dipakai untuk keperluan konveksi atau pertukangan.
Inovasi terbaru, plastik bisa dicampur dengan adonan aspal untuk membuat aspal lebih kuat merekat. Tidak tanggung-tanggung, inovasi ini bisa "memakan" puluhan ton plastik untuk membuat beberapa kubik aspal.
Terakhir umumnya masyarakat rumahtangga punya kebiasaan membakar sampah di rumah mereka. Hal ini mereka anggap praktis karena sampah menjadi hilang dalam abu, tidak menumpuk di rumah, tidak pula harus susah-susah diangkut angkutan sampah ataupun malah terbuang sembarangan.
Cara membakar sampah pun cenderung sederhana, di daerah pedesaan, warga cukup menggali tanah menjadi lubang sedalam sekitar setengah meter. Sampah pun dimasukkan ke dalam lubang itu, dan kemudian dibakarlah.
Sekilas, terlihat hal ini cukup membantu memusnahkan sampah plastik dari dunia ini. Padahal kenyataannya tidak juga. Membakar sampah plastik akan melepaskan zat berbahaya bagi manusia. Hal ini disebabkan karena plastik mengandung karbon dan hidrogen. Ketika dibakar bersama dengan sampah lain yang mengandung zat klorida pada sisa makanan, akan berkumpul dan menghasilkan zat dioksin dan furan.Â
Zat ini jika terhirup oleh manusia, bisa menyebabkan sesak nafas, batuk, dan pusing. Dalam jangka panjang, menghirup asap hasil pembakaran plastik yang mengandung zat ini dapat menyebabkan kanker.
Bahaya lainnya adalah, gas hasil pembakaran plastik berkontribusi pada fenomena efek rumah kaca. Fenomena ini terjadi ketika gas karbon berkumpul di lapisan ozon, membuat panas matahari yang masuk ke bumi tidak dapat keluar lagi, sehingga menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim pada dunia.
Ada satu lagi yang menjadi korban bagi pembakaran plastik, ataupun sampah lainnya: tanah dan hutan. Membakar sampah di tanah dapat membunuh zat renik dan bakteri-bakteri baik yang terkandung di dalam tanah. Hal ini membuat kesuburan tanah berkurang, karena api dan gas beracun telah mencemari tanah. Bukan saja kemudian tanah ini sulit ditanami apapun, tapi juga membuat ekosistem di sekitarnya terganggu.
Hal ini makin runyam ketika lokasi dibakarnya sampah berada di sekitar atau bahkan di dalam hutan. Keseimbangan ekosistem jadi sangat terganggu karena tanah yang teracuni zat berbahaya. Itulah kenapa sangat penting dalam menjaga lingkungan, untuk menghindari pembakaran sampah plastik pada kondisi apapun. Karena sesungguhnya keserasian hidup kita dengan lingkungan adalah kunci dari kehidupan kita sendiri.
Di era moderen ini, seringkali isu lingkungan tidak terdengar dengan jelas, terhalang oleh isu ekonomi ataupun politik identitas. Untungnya, ada satu nama politisi yang tegas selalu menyuarakan kepentingan lingkungan. Beliau adalah Bambang Soepijanto.
Bambang Soepijanto yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panelis Kayu Indonesia (APKINDO) juga mengedepankan isu lingkungan dalam kampanyenya.
Dalam pemaparan misi di atas, Bambang Soepijanto mengedepankan visinya untuk mewujudkan keserasian lingkungan hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong peningkatan sumber air bersih, hingga mencanangkan perhutanan sosial sebagai solusi ekonomi ramah lingkungan bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H