Mohon tunggu...
Hamzah Zhafiri
Hamzah Zhafiri Mohon Tunggu...

Suka menulis dan bercerita sebagai hobi. Terutama tema politik, bisnis, investasi, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Jalur KA Joglosemarkerto Dibuka, Inilah Pentingnya Transportasi Massal

12 Desember 2018   22:18 Diperbarui: 13 Desember 2018   16:24 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis peta jalur Joglosemarkerto

Pemberitaan di berbagai media belakangan ini dihebohkan dengan dibukanya jalur kereta api Joglosemarkerto. Jalur kereta api yang membentuk lingkaran ini akan menghubungkan sejumlah kota-kota besar di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Semarang-Solo-Yogyakarta-Kroya-Purwokerto-Tegal-Pekalongan.

Dengan panjang sekitar 579 kilometer, jalur ini memang dimaksudkan untuk meningkatkan mobilitas dan peningkatan kunjungan wisata di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Terdapat tiga rangkaian kereta api di jalur ini dengan kapasitas 660 tempat duduk di setiap keberangkatannya. Harga tiket juga nantinya ditentukan dengan pembagian golongan yang berdasarkan jarak tempuh antara stasiun keberangkatan dan stasiun tujuan.

Untuk bisa melihat lebih jauh, dapat dilihat infografis dan peta jalur yang diambil dari media informasi Bambang Soepijanto seperti di atas.

Keberadaan jalur kereta ini pun menjadi harapan baru bagi konektivitas masyarakat Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Wajar saja, selama ini transportasi masyarakat pada kedua transportasi tersebut masih bergantung pada bus atau kendaraan pribadi. Sementara jalur kereta api cenderung belum memiliki banyak opsi, kebanyakan jalur yang ada merupakan jalur point-to-point antar satu kota ke kota lain.

Bambang Soepijanto selaku calon anggota DPD RI dapil DIY, juga berharap keberadaan Joglosemarkerto dapat memfasilitasi warga Yogyakarta dalam bertransportasi. Ia juga berharap, keberadaan jalur yang telah dibuka sejak tanggal 1 Desember ini juga meningkatkan kunjungan wisata ke Yogyakarta yang secara koheren meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bambang Soepijanto yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) ini memang berkampanye dengan mengusung semangat sebagai "DPDnya Wong Cilik".

Dengan adanya jalur yang melingkar dan kereta yang berputar rutin seperti ini, tentu akan menambah variasi transportasi warga. Apalagi, esensi dari kereta api adalah transportasi umum yang massal, sehingga hemat dan efisien, karena sejumlah populasi warga dapat disatukan untuk bertransportasi bersama, tidak menggunakan kendaraan pribadi.

"Negara yang maju, bukanlah negara yang mana orang miskin bisa punya mobil. Tapi negara yang mana orang kayanya naik kendaraan umum."

Begitulah kata Gustavo Petro.

Kutipan ini terasa begitu mengena, karena yang ditunjukan di sini adalah suatu hal yang sangat fundamental dalam berdirinya sebuah kota atau negara. Bahwa ukuran kemajuan negara bukanlah dilihat dari melimpahnya materi, tapi dari kekayaan pola pikir.

Jika penduduk sebuah negara hanya sekadar kaya secara materi, maka mereka pastilah akan membel kendaraan pribadi dan menggunakannya sehari-hari. Makin banyak penduduk, makin banyak kendaraan pribadi. Polusi pun bertambah, kemacetan pun bertambah, karena rasio jumlah penduduk dan jumlah kendaraan berbanding lurus, dan itu tidak sehat. 

Emisi dan kerugian lingkungan yang diakibatkan kendaraan pribadi terlalu masif dan tidak efisien dengan keperluan bertransportasi.

Bayangkan jika kemudian setiap penduduk mau memakai kendaraan publik. Mau berdesak-desakan di bus atau di kereta, asal tentu saja kualitas dari kendaraan pubik tersebut baik. Dengan begitu, proses transportasi pun jadi lebih hemat, efisien, dan ramah lingkungan.

Bayangkan jika ada 660 orang mau mencapai tujuan tertentu memakai mobil, dan tiap empat orang mengendarai satu mobil, maka akan ada 165 mobil. Sementara kalau 660 orang itu mau naik kereta bersama, maka hanya akan ada satu kereta yang berjalan. Jauh lebih hemat, efisien, dan ramah lingkungan.

Di beragam negara maju, kereta adalah ujung tombak transportasi massal. Terutama Jepang, dengan kereta cepatnya yang melegenda. Dari mulai kereta antar kota hingga kereta komuter dalam kota, Jepang pasti punya.

Begitupun negara-negara maju lainnya seperti China dan Eropa. Orang kaya dan miskin bisa bejubel demi naik kereta, bukan karena mereka tidak bisa punya mobil, tapi karena mereka tahu itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Semoga ke depannya, lebih banyak lagi alat transportasi massal dibangun di Indonesia. Dari mulai kereta KAI, lalu MRT dan LRT, semua adalah bukti bahwa transportasi massal adalah jawaban atas kebutuhan transportasi rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun