Mohon tunggu...
Hamzah Zhafiri
Hamzah Zhafiri Mohon Tunggu... Kreator konten -

Suka menulis dan bercerita sebagai hobi. Terutama tema politik, bisnis, investasi, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Surga Wisata Air "Blue Lagoon" di Yogyakarta

25 November 2018   03:35 Diperbarui: 25 November 2018   03:43 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blue Lagoon. Dokumentasi Pribadi Hamzah Zhafiri.

Saat memasuki wilayah Desa Dalem, Widodomartani, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta akan ada satu hal yang langsung kita pahami. Desa ini diberkahi limpahan air bersih yang luar biasa. Saluran kali irigasi mengalir deras dari sumher mata air guna mengairi sawah warga. Aliran lainnya juga turut mengisi air untuk kolam ikan. 

Ada pula aliran air yang melewati hutan bambu dan menjadikannya rawa-rawa indah dan misterius. Limpahan air ini datang dari tiga buah mata air yang tak pernah kering. Sendang Wadon, Belik Kluwih, dan Sendang Lanang. Ketiganya adalah sumber mata air yang berada di aliran Kali Tepus di Desa Dalem ini.

Sendang Wadon sebagai tempat pemandian wanita berada di sebuah bilik dan berupa kolam kecil. Belik Kluwih dan Sendang Lanang tercipta dari pancuran air dari dinding tepi kali. Air Belik Kluwih berkempul dan membentu Kedung, sementara Sendang Lanang membentuk kolam kecil. Kendung inilah yang disebut Blue Lagoon.

Nama mentereng ini diberikan karena warna kolamnya yang terlihat berwarna biru bening dan begitu jernih serta indah. Sebenarnya nama asli kolam ini adalah Pemandian Tirta Budi. Pemandian ini cukup lazim dipakai warga sekitar untuk mandi dan berenang. Beberapa tahun silam, warga membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk mengelola tempat pemandian ini sebagai tempat wisata.

Pengunjung cukup membayar sepuluh ribu rupiah, sudah mendapat fasilitas parkir gratis, berenang sepuasnya, dan segelas minuman di angkringan. Kedung daripada Blue Lagoon memang cukup dalam, sehingga harus piawai untuk berenang di situ. Sementara air kedung tersebut pun menyambung dengan sungai yang mengalir, di sungai inilah air lebih dangkal dan banyak bebatuan sehingga lebih aman untuk anak-anak.

Berendam di sungai Blue Lagoon, kita akan disambut ikan-ikan kecil yang menggigiti kaki. Konon, gigitan ikan ini adalah terapi yang dapat membersihkan kulit mati dan memperlancar edaran darah. Di tempat hotel atau spa, terapi ikan ini bisa seharga 50 ribu sekali sesi. Di Blue Lagoon, anda cukup membayar 10 ribu sudah bisa sekalian berendam, berenang, dan minum di angkringan.

Berbagai macam barang bisa disewa sembari berenang di Blue Lagoon. Ada jaket pelampung, kacamata renang, hingga pelindung air untuk smartphone. Sehabis berenang, anda bisa bersantap siang di jajaran foodcourt yang masih di daerah wisata Blue Lagoon. Terdapat sanggar tempat melukis batik yang mungkin bisa anda coba jajal jika berkenan kapan-kapan.

Tidak perlu langsung pulang jika sudah selesai berenang. Anda bisa bersantai di gazebo yang terletak begitu pas di sebelah sungai, sembari melihat anak-anak warga juga ikut berenang di Blue Lagoon. Suara gemerisik hutan bambu yang berada persis di sebalah kolam, serta cuitan burung yang saling sahut-menyahut, akan membuat siapapun malas untuk pulang.

Di wilayah wisata ini terdapat tempat mandi, tapi jujur, saya tidak pernah menggunakannya jika berenang di Blue Lagoon. Buat apa? Kalau kita berenang di kolam renang sungguhan, barulah pas untuk mandi setelah berenang, karena kaporit pasti bersarang di tubuh.

Namun berenang di kolam alami Blue Lagoon yang airnya begitu jernih, justru memang hasilnya tubuh akan lebih bersih. Tapi tentu saja, "mandi" di kolam Blue Lagoon ada aturan kerasnya: yaitu tidak boleh memakai bahan mandi mengandung deterjen kimia, seperti sabun, shampo, ataupun pasta gigi.

Dari awal sampai akhir, pengelolaan wisata ini memang diinisiasi sendiri oleh warga. Dari penjaga parkir, penjaga kolam, hingga warung makan foodcourt. Semoga saja pemerintah juga mau mendukung wisata alam ramah lingkungan semacam ini. Bayangkan saja jika wisata ini diketahui oleh banyak orang, dari dalam atau luar Yogyakarta, bahkan sampai luar negeri.

Tentu kita butuh pejabat pemerintah yang peduli dengan usaha kecil warga yang berbasiskan wisata lokal ramah lingkungan. Seperti Bambang Soepijanto misalnya, yang sedang maju dalam pemilihan DPD DIY tahun 2019 nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun