Mohon tunggu...
Hamzet
Hamzet Mohon Tunggu... Administrasi - Keterangan Profil harus diisi

Lelaki penadah ilmu, pemulung pengetahuan dan (semoga bisa) mengamalkan serta menebarkannya kembali. Kelahiran Kota Probolinggo yang dalam bahasa gaul lazim disebut "Prolink". Kota ini disebut juga Bayuangga (angin, anggur dan mangga).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Cinta Monyet

13 Februari 2012   19:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:42 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

No. 169

YULI & HAMZET

--------------------

[caption id="" align="alignleft" width="285" caption="image source: lakers-motor-comunity.blogspot.com"][/caption]

Ufuk barat kemilau bermandi semburat lembayung, pertanda senja segera turun. Sebuah sepeda motor sporty memasuki pelataran rumah. Dia Kak Hendra, kakakku satu-satunya. Tubuh kekar kak Hendra  tampak kian gagah menunggangi sepeda motor yang belum genap setahun dibelinya itu. Sepucuk senyum aku sunggingkan menyambut kedatangan kak Hendra. Sementara tanganku masih memegang selang air dan mengarahkannya ke rimbun bebungaan penghias halaman.

“Apa yang dibawa itu kak?” tanyaku melihat jinjingan Kak Hendra, sebuah karton mi instan.

Oh ini...Monyet. Hasil tukar sama burung Nuri barusan” sahut Kak Hendra sambil melepas helm cakilnya.

Ibu yang sedang duduk-duduk memperhatikan ayah mencabuti rumput dekat tangga, menoleh. Juga ayah, yang segera bangkit dan menghampiri Kak Hendra. Aku dan ibu ikut-ikutan mendekat. Di lantai teras, perlahan Kak Hendra membuka karton yang sisi-sisinya berlubang kecil-kecil itu dengan hati-hati sekali. Begitu penutup kardus terbuka, tampaklah seekor Simpai -demikian kami menyebutnya-, monyet kecil berbulu putih.

“Wah, masih bayi nih keknya. Tuh tali pusarnya belum lepas…” ujar ibu heran melihat tali pusar yang kelihatan sudah mengering masih menjuntai di perut Simpai. Raut wajah ibu menampakkan rasa iba. Persis yang aku rasakan.

Benar Bu. Usianya baru lima hari” jawab kak Hendra membenarkan.

Kasihan sekali kak. Masih orok gini dipisah dari induknya. Tega nian si penjualnya, ya...ucapku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun