Mohon tunggu...
Hamzet
Hamzet Mohon Tunggu... Administrasi - Keterangan Profil harus diisi

Lelaki penadah ilmu, pemulung pengetahuan dan (semoga bisa) mengamalkan serta menebarkannya kembali. Kelahiran Kota Probolinggo yang dalam bahasa gaul lazim disebut "Prolink". Kota ini disebut juga Bayuangga (angin, anggur dan mangga).

Selanjutnya

Tutup

Humor

Kardiman Berburu Lailatul Qadar

25 Agustus 2011   18:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:28 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah malam-malam paling istimewa. Di sepuluh hari terakhir ini terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qadar. Telah masyhur bahwa Lailatul Qadar ada di tanggal-tanggal ganjil akhir Ramadhan. Bisa malam tanggal 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadhan. Di malam itu dunia penuh sesak dengan kehadiran malaikat melebihi jumlah pepasir di bumi.

Lailatul Qadar menurut beberapa riwayat ditandai dengan malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, sertakeesokan harinya cahaya sinar matahari melemah kemerah-merahan. Tapi Lailatul Qadar adalah rahasia Tuhan. Kita tidak tahu waktu paling tepat kapan malam itu hadir. Karenanya mesti diburu dengan sabar dan besungguh-sungguh. Apalagi bila terjadi perbedaan penetapan awal Ramadhan yang menyebabkan beberapa tempat yang berdekatan berbeda tanggal ganjil atau genapnya.

Begitulah hasil mauidzoh hasanah singkat usai tarawih beberapa malam yang lalu. Kardiman yang duduk bersandar di tiang musholla mengangguk-angguk pertanda paham. Tapi ia tak sekalipun tampak beri’tikaf atau melakukan ibadah-ibadah lail lainnya seperti beberapa jama’ah musholla itu. Sementara Dusmin, Pe’i dan Slamet amat rajin berdzikir di musholla walau pun sering sampai ketiduran.

***

“Wah mantap bener persiapan Loe menyambut lebaran, Man,” sapa Pe’i melihat sebuah mobil box sebuah toko elektronik menurunkan barang-barang di halaman rumah kontrakan Kardiman.

“Enak aja Loe, ini bukan persiapan lebaran. Gue ga kek Elo, yang lebaran kudu bermewah-mewah,” sahut Kardiman sengit yang membuat kelima kawannya, Pe’i, Slamet, Dusmin, Kliwon dan Maeroh terperangah.

Kelimanya pun berbisik-bisik dan sedikit tersinggung ucapan Kardiman. Tapi di dalam hati mereka menginsafi perkataan Kardiman bahwa tidak semestinyalah lebaran dijalani dengan bermewah-mewah. Euforia hari kemenangan dengan cara seperti itu justru menenggelamkan makna sejati Ied Fitri. Lebaran bukan ajang pamer ini-itu, melainkan menunjukkan kelapangan hati untuk memberi maaf dan anjangsana bersilaturrahim.

“Oh ya, jika boleh tahu yang Elo beli itu apaan?” selidik Slamet.

“Loe dengerin nggak ceramah kapan hari. Yang soal malam Lailatul Qadar itu?” Kardiman justru balik bertanya.

“Ya, inget. Apa hubungan barang-barang yang Elo beli itu dengan Lailatul Qadar?” ganti Kliwon penasaran.

“Yah... Elo. Dasar oon. Gue ini lagi berburu Lailatul Qadar.” Sergah Kardiman. Ucapan Kardiman membuat kening sohib-sohibnya berkerut.

“Emang Loe beli apaan, sih?” kejar Dusmin.

“Loe inget, kan? Salah satu tanda Lailatul Qadar tuh udara tidak terasa panas dan tidak dingin. Sejuk-sejuk gimanaaaaaa.... gitu. NIH GUE BELI PENYEJUK RUANGAN, ALIAS AC. Biar bisa ngerasain Lailatul Qadar!”

Sontak kelima teman Kardiman geleng-geleng kepala.

“Ck..ck...ck... Man.... dasar Kardiman. Cara ngedapetin Lailatul Qadar itu, ga gitu ‘kaleeeee....” ujar Dusmin yang kemudian dilanjut Maeroh, “Yah... di mana otak nih orang. Menurut Pak Ustadz, cara ngedapetin Lailatul Qadar tuh kita-kita kudu makin rajin beribadah. I’tikaf di masjid, berdzikir, mohon ampunan-Nya, bersedekah dan lain-lain, ibadah lah.

“Jadi..... Gue nih salah ya...?” tanya Kardiman sambil garuk-garuk kepala yang sebenarya tidak gatal.

“Elo pikir aja sendiri, Man. Gue mah capek kalo kudu ngejelasin ma Elo.” Dusmin mengujar putus asa.

“Terus gimana AC-AC ini. Telanjur Gue kredit dan mo dipasang loh...”

“Ya terserah Elo ajah. Emang Gue Pikirin!” sahut Kliwon yang kemudian bersama Pe’i, Dusmin, Maeroh dan Slamet meninggalkan Kardiman yang melongo bengong.

PS: RAIHLAH LAILATUL QADAR DENGAN CARA SEPERTI TUNTUNAN AGAMA. JANGAN MENGAKALI SEPERTI KARDIMAN. OKEEEEE????????

Sepenuh Cinta

Hamzet [penyair kenthir berdarah]

26082011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun