Mohon tunggu...
Hamzet
Hamzet Mohon Tunggu... Administrasi - Keterangan Profil harus diisi

Lelaki penadah ilmu, pemulung pengetahuan dan (semoga bisa) mengamalkan serta menebarkannya kembali. Kelahiran Kota Probolinggo yang dalam bahasa gaul lazim disebut "Prolink". Kota ini disebut juga Bayuangga (angin, anggur dan mangga).

Selanjutnya

Tutup

Humor

Sakit, Tak Wajib Puasa

7 Agustus 2011   16:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:00 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah subuh pagi itu menghadirkan da’i kondangan Ustadz Kliwon. Beliau kembali menjelaskan soal puasa. Titik berat ceramahnya adalah soal orang-orang yang mendapat dispensasi untuk tidak berpuasa. Penjelasannya yang jlentreh dengan sesekali menyitir ayat suci dan sabda nabi membuat jama’ah mudah mengerti. Memang sudah banyak kiyai maupun da’i menerangkan soal ini. Tapi yang namanya dakwah, hal-hal yang meskipun sudah banyak dipahami umat perlu dijelaskan berulang-ulang.

Maklumlah, negeri ini penuh dengan orang-orang pelupa. Mau bukti? Perhatikan saja, banyak orang yang lupa bayar utang, banyak lelaki yang lupa bahwa sudah punya istri dan beranak pinak hingga ia selalu dan selalu “menanam saham” di berbagai tempat. Belum lagi soal-soal di panggung politik negeri yang bejibun dan dilupakan. Maka itu, tak salah kiranya Ustadz Kliwon menyegarkan kembali tentang puasa.

Musafir, orang sakit, perempuan yang sedang haidh atau nifas atau pun sedang hamil atau menyusui dan orang yang bekerja keras; adalah orang-orang yang berhak mendapatkan dispensasi untuk tidak berpuasa. Demikian inti penjelasan Ustadz Kliwon. Semua jama’ah manggut-manggut tanda paham, tak terkecuali Slamet, Dusmin, Pe’i dan Kardiman yang mengikuti kuliah subuh sambil terkantuk-kantuk.

***

Siang harinya, dari jalan kecil depan rumah Kardiman, Dusmin dan Pe’i terheran-heran melihat Kardiman yang mendongkron di teras rumahnya sambil makan roti bluder. Secangkir kopi juga tampak turut menemani si dudul. Keduanya pun menghampiri Kardiman yang terlihatr santai saja menyambut sobat-sobat keribnya itu.

“Bro, Ente ga puasa hari ini?”, sapa Pe’i dengan nada teguran.

“Oh ya, maaf. Ane lagi menikmati dispensasi seperti yang dijelaskan Ustadz Kliwon tadi pagi”, jawab Kardiman Enteng.

“Wah... Ente termasuk golongan yang mana neh, kok bisa dapat dispensasi?” selidik Dusmin.

“Payah Ente Min. Masa sekian lama bergaul ama Ane, Ente belom tau juga. Kita yang sering mandi bareng dan tidur bareng pake kelon-kelonan segala, masa sih Ente belom mengenal Ane secara sempurna”, jawaban Kardiman berputar-putar.

“Jawab dulu dong pertanyaan Dusmin. Ente termasuk golongan yang bisa mendapat dispensasi, yang mana? Tua nggak, musafir nggak, haid juga ga mungkin”. Desak Pe’i.

“Ane sakit”, singkat saja jawaban Kardiman.

“Oh.... sakit apaan, kalo boleh tau? Keknya Ente segar-bugar aja”, Dusmin penasaran.

“Emang kliatannya Ane sehat. Padahal sebenarnya Ane menderita penyakit komplikasi”, nada jawaban Kardiman memelas.

“Sebenarnya, sakit apaan sih. Jangan-jangan Ente sakit jiwa!”, desak Pe’i lagi.

Tanpa ba-bi-bu Dusmin melepas baju dan celana kolornya seraya meminta dua sobat kentalnya memperhatikan tubuhnya: “Perhatiin baik-baik neh... Ane menderita komplikasi panu, kadas, kurap, kutu air dan gatal-gatal jamur kulit”,

[caption id="" align="alignleft" width="160" caption="Sumber gambar: k-linkgroup.blogspot.com"][/caption] “Huuuuuuuuu........ alesan Ente, Man! Sakit yang dimaksud Ustadz Kliwon tuh kalo sakitnya seseorang tidak memungkinkan untuk dia berpuasa. Bukan sakit macam gituan. Misalnya, orang itu harus minum obat. Lah, Ente kan ga perlu minum obat?. Ente cuman cukup berendam aja di bak mandi berisi obat panu tujuh hari tujuh malem. Iya kan? Lagian Ente ampe komplikasi gitu kan karena Ente anak jaman alias jarang mandi. Mandi aja nunggu lebaran!”, cerocos Pe’i menerangkan dengan panjang kali lebar sama dengan luas.

“Yuk... kita pergi aja. Ntar kita ketularan panu Kardiman. Apalagi klo ampe ketularan bahlul.... amit...amit....”, ajak Dusmin kepada Pe’i.

Kardiman pun melongo bertelanjang oval (belum bulat, karena masih memakai celana dalem) mendengar omelan kedua temannya dan meninggalkannya.

***

PS: JANGAN CONTOH KARDIMAN. JIKA PANUAN BERLANJUT, ADA BAIKNYA MENGIKUTI SARAN SI PE'I

Sepenuh Cinta

Hamzet [penyair kenthir berdarah]

07082011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun