[caption id="" align="alignleft" width="178" caption="Kompasiana Kita"][/caption] Sekembali ke kantor dari makan siang -sore, tepatnya- di sebuah warung nasi dekat tempat kerja, saya langsung duduk di meja kerja. Mata kliyep-kliyep rada-rada ngantuk memandangi kertas yang terserak di atas meja mengelilingi netbook yang setengah terbuka. Lumayan ringan beban kerja hari ini. Hampir semua beres. Dokumen-dokumen siap kirim, kecuali yang masih memerlukan data pendukung. Agar meja tampak lebih bersih saya pilah kertas-kertas itu. Kertas yang masih bernilai penting saya tumpuk untuk ditempatkan di habitatnya. Sementara kertas-kertas lainnya masih saya pilah lagi, mana yang satu sisinya masih bisa dipakai dan mana yang harus segera masuk keranjang sampah karena kedua sisi telah penuh coretan atau bekas cetakan. Begitulah, saya biasa memulung kertas yang masih bisa dipakai untuk membuat draft naskah surat/dokumen. Atau sekadar buat kertas memo yang biasa saya satples di map. Karena kebiasaan seperti itujangan mengira saya aktivis lingkungan. Saya sekadar sedikit-sedikit berusaha mengikuti saran dan langkah mereka. Begitu selesai bersih-bersih, aroma kopi susu bikinan seorang rekan menggoda hidung. Saya pun menyeruputnya. Nikmat khas kopi terasa menjalari kerongkongan. Kembali ke laptop... eh... netbook... Tadi sebelum ke warung memang saya membuka internet, dan yang saya kunjungi pertama kali adalah laman Kompasiana. Tapi saat itu jaringan sedang lemot. Saya tinggalkan saja netbook yang menampilkan tiga tab Kompasiana, ketiganya dengan pampangan "Memuat....." Sehabis meneguk kopi, kembali saya buka netbook. Tidak ada lagi kata "Memuat". Monitor menyajikan laman Kompasiana dengan sempurna. Tapi kali ini ada yang aneh. Tampang Kompasiana tidak seperti biasa. Warna jingga tua yang biasa hanya mewarnai tab 'Dashboard', kini mendominasi tab. Jingga muda yang sebelumnya mewarnai tab Peristiwa, Polhukam, Humaniora, dan lain-lain sekarang hanya menjadi garis tebal di bawah tab-tab. Penasaran, saya buka dua tab lagi. Hasilnya sama. Saya pun berpikir Kompasiana sudah di-face off. ''Tapi kok tanpa pemberitahuan ya?', batinku. Agaknya 'manajemen' Kompasiana hendak memberikan kejutan! Saya pun menyusuri sudut demi sudut wajah baru Kompasiana. Dashboard berpindah posisi dari tab di paling kanan ke bawah username di samping profile picture. Tanggal yang terletak di sampaing kanan logo Kompasiana bergeser di bawah logo berbagi space dengan tagline 'sharing.connecting.' Sementara di samping kanan logo menjadi space tautan. Tampak tiga logo mejeng di tempat itu, WAN-IFRA, PESTA BLOGGER 2010 dan MAREKTEERS. Tidak ada lagi 'Kompasianer Teraktif'. Sedangkan 'Kompasianer Terbaru' berubah menjadi 'Kompasianer' saja. [caption id="attachment_84532" align="aligncenter" width="300" caption="Kompasiana Lama"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H