Napak Tilas Raden Aria Wangsakara
Beberapa hari ini aku mulai menjalani rutinitas di Organisasi, hal ini aku lakukan karena akan mengadakan acara Pelantikan Cabang PMII Kabuapeten Tangerang. Aku yang awalnya fokus dan berkegiatan di Rumah Dunia, Serang, untuk menggali banyak hal tentang dunia tulis-menulis, kali ini harus izin untuk menuntaskan beberapa hal yang ada di Tangerang, termasuk acara pelantikan yang luar biasa butuh banyak sekali waktu menyelesaikannya.
Berbicara tentang organisasi, terkhusus PMII, saya sering sekali menemukan orang yang bertanya-tanya terkait organisasi tersebut, bukan hanya itu alasan ku masuk dan mau ikut organisasi itu juga sering dilontarkan, bahkan tak sedikit orang yang beranggapan bahwa organisasi kebanyak hanya sekedar mengahabiskan waktu dan energi saja, hanya sekedar mengemis dan meminta terkiat akomodasi dan lain sebagianya.
spekulasi terkait organisasi apakah bisa menghidupi seseorang
Acara pelantikan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Tangerang yang diadakan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Aria Wangsakara pada Sabtu, 20 Juli 2024, membawa pesan mendalam bagi kita semua. Sebagai salah satu tokoh masyarakat yang menghargai sejarah dan perjuangan para pahlawan, saya, Hamzah Sutisna, merasa bangga dan terinspirasi oleh acara ini yang tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga sarana untuk menggali dan mengenang kembali sejarah lokal.
Raden Aria Wangsakara, seorang pahlawan yang namanya terpatri dalam sejarah Tangerang, adalah figur yang layak dijadikan teladan. Melalui perjuangannya, Raden Aria Wangsakara menunjukkan keberanian dan dedikasi dalam memperjuangkan kemerdekaan di tanah Tangerang. Dalam keluarganya, ia adalah sosok yang penuh kasih dan dihormati. Kisah hidupnya yang heroik dan pengorbanannya demi bangsa adalah inspirasi yang abadi.
Hadirnya Isfandiari Mahbub Djunaidi pada pelantikan ini menambah makna mendalam pada acara tersebut. Isfandiari, sebagai anak pertama dari Mahbub Djunaidi, Ketua Umum pertama PMII, membawa napak tilas perjuangan sang ayah yang juga dikenal sebagai pendekar pena. Mahbub Djunaidi adalah sosok yang tak hanya memperjuangkan kemajuan PMII, tetapi juga membesarkan Nahdlatul Ulama (NU) hingga akhir hayatnya. Kehadiran Isfandiari mengingatkan kita bahwa semangat dan dedikasi Mahbub Djunaidi harus terus dihidupkan oleh generasi sekarang, khususnya oleh kader-kader PMII.
Pelantikan yang mengusung tema "Rekonstruksi Gerakan Melalui Analisis Perkembangan Zaman" ini menjadi momentum penting untuk PC PMII Kabupaten Tangerang dalam menata ulang gerakan mereka. Saya melihat bahwa meneladani semangat Raden Aria Wangsakara dan Mahbub Djunaidi adalah langkah yang sangat tepat. Keduanya adalah figur yang menunjukkan bahwa perjuangan tidak hanya soal keberanian fisik, tetapi juga keberanian intelektual dan moral.
Sebagai generasi penerus, kader-kader PMII harus mampu menjawab tantangan zaman dengan semangat yang diwariskan oleh para pahlawan ini. Tradisi yang baik harus dilanjutkan, sedangkan yang tidak relevan harus ditinggalkan. Modernisasi adalah keniscayaan, namun harus tetap berakar pada nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh pendahulu kita.
Acara ini menunjukkan bahwa sejarah lokal bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi juga fondasi yang kuat untuk membangun masa depan. Dengan mengenang perjuangan Raden Aria Wangsakara dan Mahbub Djunaidi, kita diingatkan bahwa setiap langkah maju harus didasarkan pada semangat dan dedikasi yang sama seperti yang mereka miliki.
Saya berharap, pelantikan ini bukan hanya menjadi awal yang baik bagi PC PMII Kabupaten Tangerang, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga dan menghormati nilai-nilai perjuangan yang telah diwariskan oleh para pahlawan kita. Mari kita jadikan semangat mereka sebagai pendorong dalam menghadapi setiap tantangan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H