Angin semilir meringkak kudung pundukku
dibarengi deru air mata kepedihan
Deras membasahi derita yang semakin kering kelut
Dipeluknya nanar sembari mengharap cemas kebaikan sang kholik
Kebaikan yang katanya air lautpun ketika dijadikan tinta tak mampu menggoreskan kebaikannya
Dalam keluh dia meronta
Pasrah penuh asa penuh rasa
Dari balik pintu itu munajat dikumandangkan
Sesegukan dalam sesal
Dipeluknya kenangan masa silam yang menghanyutkan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!