Mohon tunggu...
Hamzah Nasution
Hamzah Nasution Mohon Tunggu... Editor - Wiraswasta

Pemerhati Sosial Politik

Selanjutnya

Tutup

Money

Manusia Semakin Inovatif Menyelisihi Hasrat Konsumtivisme

4 Maret 2017   10:18 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil solar Toyota Prius (sumber : huffingtonpost.com)

Planet biru yang kita huni kian renta. Para saintis sepakat bahwa planet bumi telah berusia 4.543 milar tahun. Dengan usia super tua tersebut, telah banyak penyakit yang menggerogoti. Terutama karena ulah manusia sendiri.

Polusi udara salah satu ancaman nyata bagi planet kita saat ini. Karbon meracuni udara dan dihirup oleh manusia.

Dikutip dari Pikiran-Rakyat.com, Badan Energi Internasional IEA (International Energy Agency) mencatat polusi udara merupakan ancaman kesehatan keempat yang paling mematikan.

Paparan polusi udara dalam ruangan dan luar ruangan menjadi penyebab kematian prematur sekitar 6,5 juta orang setiap tahun.

Riset berbeda dipublikasikan oleh jurnal Environmental Health Perspectives. Seperti dikutip dari Kompas.com, para peneliti memperkirakan 2 juta orang di perkotaan mengalami kematian dini karena polusi udara. Sekitar 75% kematian itu terjadi di wilayah Asia

Bila polusi udara terus dibiarkan, diprediksi angka kematian dini di dunia menjadi sekitar 6 juta per tahun pada 2050 mendatang. Ancaman paling mematikan selain karena bencana alam dan perang.

Harus diakui, memburuknya kualitas udara merupakan dampak dari industrialisasi untuk memenuhi nafsu manusia.

Namun insting manusia untuk terus bertahan juga mendorong kreativitas. Termasuk dalam menciptakan hunian yang bisa memperpanjang usia.

Karena masalahnya pada kualitas udara, maka solusi yang ditawarkan pun memperbaiki kualitas udara dengan penanaman pohon. Meski secara bersamaan industrialisasi juga terus memuntahkan racun dari cerobong-cerobongnya.

Kesadaran membangun gaya hidup hijau ditumbuhkan. Abad 21 ini, kampanye green living, eco lifestyle dan yang senada, menjadi gerakan global. Industri didorong menghasilkan produk-produk ramah lingkungan.

Di industri otomotif, kita mengenal mobil hybrid yang menggunakan baterai sebagai salah satu sumber tenaga sehingga minim emisi.  Yang teranyar, perusahaan otomotif macam Toyota dan Tesla sudah mengembangkan mobil yang bertenaga solar atau matahari.

Prototype mobil bertenaga surya buatan Tesla, dipamerkan di ajang Consumer Electronics Show di Las Vegas tahun 2014. CEO Tesla, Elon Musk mengatakan terbuka kemungkinan bekerjasama dengan Panasonic untuk mengembangkan lebih lanjut mobil bertenaga surya tersebut.

Mobil solar Toyota Prius (sumber : huffingtonpost.com)
Mobil solar Toyota Prius (sumber : huffingtonpost.com)

Toyota tak mau ketinggalan. Raksasa otomotif Jepang ini mengaplikasikan tenaga matahari pada seri mobil Toyota Prius. Namun masih dikombinasi dengan tenaga baterai atau bahan bakar. Energi dari solar panel yang terpasang di atap Prius diplot pada kerja-kerja ringan. Seperti sumber energI membuka jendela atau AC.

Tak hanya di dunia otomotif, di industri lain fatsun ramah lingkungan juga telah menjadi semacam kode etik baru.

Di sektor properti, terutama hunian. Pengembang mulai membangun hunian ramah lingkungan. Sektor ini memang paling urgent karena setiap hari manusia menghabiskan seebagian besar waktunya di rumah.

Seperti di beritakan baru-baru ini oleh Tribunnews.com, di Karawang hadir hunian berkonsep garden house. Yaitu hunian yang proporsi luas lahan dan luas bangunan sangat ideal menghasilkan udara bersih. Yakni 300 m2 :38 m2. Hunian yang dirancang mencegah kepadatan di masa depan.

Adalah Taruma City yang masih merupakan bagian dari Grand Taruma, tempat hunian berkonsep rumah kebun tersebut. 

Di kota-kota lain, konsep hunian bahkan pusat perbelanjaan menyatu dengan lingkungan juga dikembangkan. Central Park Mall yang ada di kawasan Podomoro City misalnya, diganjar penghargaan Green Era Award untuk kategori Sustainability. Penghargaan itu diberikan di Dubai, Uni Emirat Arab belum lama ini.

Sebagai kota yang bersebelahan dengan Singapura yang penataan lingkungannya jempolan, Batam tak boleh ketinggalan. Di Batam, hunian berkonsep one stop green living juga dikembangkan. Yaitu Orchard Park dan Orchard View.

Superblok yang mengusung konsep one stop green living, Orchard Park Batam yang berseberangan dengan Singapura (sumber : kompas.com)
Superblok yang mengusung konsep one stop green living, Orchard Park Batam yang berseberangan dengan Singapura (sumber : kompas.com)
Di sektor penataan kota, pemerintah di beberapa kota Indonesia juga tengah giat meremajakan lingkungan. Terutama menata dan menambah ruang terbuka hijau.

Bandung merupakan kota yang leading dalam hal penataan lingkungan. Ridwan Kamil bahkan telah merealisasikan pembangunan 120 taman, atau satu taman setiap satu RW.

Menariknya, pembenahan lingkungan ala Ridwan Kamil juga diintegrasikan dengan pembangunan budaya bersepeda dan memungut sampah. Di Bandung, termasuk sangat mudah menemukan tempat sampah.

Kembali ke judul artikel ini. Berbagai contoh upaya inovatif untuk menjaga keberlanjutan lingkungan tersebut, sebetulnya kontradiktif dengan budaya konsumtif yang telah lama dinikmati oleh manusia. Industrialisasi mencipakan manusia-manusia konsumtif, yang berkonsekuensi negatif pada lingkungan.

Tapi apa boleh buat, demi masa depan anak cucu, maka kita harus mulai membangun kesadaran untuk menekan hawa nafsu konsumtifisme. Jalan tengahnya, kompromikan hasrat memenuhi dorongan nafsu dengan upaya kreativitas untuk meminimalisir dampak negatif.

Referensi

https://electrek.co/2016/06/20/toyota-prius-plug-prime-solar-panel/

http://edition.cnn.com/2009/TECH/01/28/solar.powered.cars/

http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2016/12/19/pemkot-bandung-kejar-target-1-rw-1-taman-388245

http://www.tribunnews.com/bisnis/2017/03/01/konsep-rumah-kebun-kini-ditawarkan-pengembang-properti-di-karawang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun