Lalu bagaimana lahan di kawasan hunian? Sama saja, mahal juga. Di Jakarta barat tergolong masih murah. Dipublikasikan oleh Rumahku.com pada tahun 2015, lahan di Kamal dijual Rp 6,5 juta per meter. Sementara di Srengseng, Rp 6 juta per meter dan di Meruya Utara, Rp 6,5 juta per meter. Itu berupa tanah kosong 2 tahun yang lalu. Saat ini tentu harganya sudah mengalami kenaikan.
Di situs-situ jual beli properti, kita dapat melihat bahwa rumah paling murah di Jakarta dijual di kisaran harga Rp 200 juta. Tapi itu rumah petak ala kos-kosan di gang sempit.
Ketiga, KPR Sulit
Meskipun lembaga keuangan memburu nasabah untuk dikucuri pinjaman, tetap saja mereka memiliki sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Terutama soal gaji atau pendapatan bulanan yang menggambarkan kemampuan membayar cicilan.
Jika pendapatan bulanan pas-pasan, maka sudah pasti tertolak ketika mengajukan KPR. Hal
Sulitnya mengurus KPR ini menjadi satu faktor penghambat mengapa memiliki rumah menjadi tidak mudah.
Keempat, Budaya Tinggal di Rumah Tapak
Hunian bagi orang Indonesia adalah tinggal di rumah. Yang dimaksud dengan rumah oleh kebanyakan masyarakat kita, ya ada halaman atau pekarangan dan cuma dihuni satu keluarga dalam satu bangunan.
Karena pandangan tersebut, banyak yang belum bisa beradaptasi dan mengubah cara pandang bahwa tinggal di apartemen menjadi solusi praktis di tengah kenaikan harga property yang gila-gilaan. Padahal, apartemen sudah jadi tren di kota-kota metropolitan di negara-negara maju macam di Tokyo, Hongkong, Prancis, London atau New York.
Padahal sebetulnya di Jakarta dan kota penyangga sekitarnya, masih ada hunian di bawah harga RP 200 Juta yaitu apartemen tipe studio. Seperti apartemen Podomoro Golf View yang dijual Ro 198 juta (harga tahun 2016) untuk tipe studio. Apartemen murah berkonsep superblok ini berada persis di samping stasiun LRT Cimanggis yang sedang dibangun dan oleh Presiden Jokowi ditarget selesai tahun depan.Â
Segmen pasar yang menjadi target apartemen ini adalah keluarga dan profesional muda. Umumnya, mereka merupakan penglaju yang bermukim di kawasan Bogor, Bekasi, dan sekitarnya yang menghabiskan banyak dana untuk ongkos transportasi bolak balik ke tempat kerja di Jakarta. Dengan konsep transit oriented development (TOD), Podomoro Golf View yang masuk program sejuta rumah menjadi solusi pemukiman di DKI.