Belum lama ini, Wakil Presiden Jusuf Kalla melontarkan sebuah peryataan sangat penting dan mestinya diterjemahkan oleh pembantu-pembantu beliau di lapangan terkait ekonomi kerakyatan. Pak JK bilang, "Saya selalu mengatakan bahwa pasar modal penting, tapi yang lebih penting lagi Pasar Senen, Pasar Tanah Abang,"
Sebagai orang yang besar dan dibesarkan dari keluarga pedagang, pelaku usaha kecil menengah yang terbiasa dengan riuhnya pasar tradisional, Pak JK tahu betul bagaimana kondisi para pelaku sektor ril tersebut yang dianaktirikan.
Sudah bukan rahasia lagi, pemerintah sangat antusias dan cepat ketika mengeluarkan kebijakan terkait ekonomi padat modal seperti di sektor investasi, keuangan dan infrastruktur. Namun sangat jarang terdengar bagaiaman upaya pemerintah memproteksi dan mengangkat skala usaha ekonomi kerakyatan.
Di negara maju macam Jepang, pelaku UKM menjadi penopang industri padat modal. Suku cadang produk otomotif yang dilabeli dengan merek Honda atau Toyota, disuplai dan bahkan dikerjakan oleh industri rumahan.
Industri di negara maju umumnya memberdayakan UKM dalam memenuhi kebutuhan perusahaan skala manufaktur. Jalinan rantai ekonomi yang mutualisme antara UKM dan sektor manufaktur, menjadi tulang punggung ekonomi.
Bukan sesuatu yang mustahil untuk mewujudkan hal tersebut di Indonesia. Bahkan kita saksikan sudah ada korporat raksasa yang memberdayakan UKM. Misalnya dilakukan oleh pengelola trade center atau pusat-pusat perdagangan.
Mereka yang berjualan elektronik di Trade Mall LTC Glodok, menjual aneka fesyen di Trade Mall Blok B Tanah Abang atau di Trade Mall Blok M Square adalah pelaku UKM yang dijaring oleh pengelola trade mall. Belakangan, kesadaran pengelola trade mall tampaknya makin tinggi dalam memahami relasi saling menguntungkan antara mereka dengan tenant yang menyewa atau membeli kios.
Keterangan Assistant Vice President Marketing Trade Mall Agung Podomoro, Ho Mely Surjani, yang dikutip dari Tribunnews.com, mengatakan bahwa Trade Mall yang mereka kelola memberdayakan tidak kurang dari 30.000 pelaku UKM. Aneka produk dijual oleh penggerak sektor ril tersebut di setiap TM yang berbeda sesuai dengan kekhasan masing-masing.
Di TM Plaza Kenari Mas di bilangan Salemba misalnya, ada 3.000 tenant UKM yang menjual perlengkapan rumah tangga, pertukangan dan elektrikal. Ada ribuan pedagang lain yang menjual fesyen busana muslim dan batik di TM Blok B Tanah Abang dan lain sebagainya.
Masih menurut Mely, dalam delapan bulan terakhir Agung Podomoro Land melakukan promosi bertajuk Trade Mall Vaganza untuk meningkatkan transaksi. Promosi yang berhadiah mobil melalui undian kupon dari struk belanjaan tersebut, sukses mendongkrak angka transaksi hingga Rp 1 triliun.
Studi dari apa yang dilakukan oleh Agung Podomoro Land tersebut, menunjukkan bahwa butuh peran serta pemangku kepentingan untuk menggerakkan sektor riil. Angka Rp 1 triliun barangkali tidak signifikan di pasar modal atau di sektor infrastruktur. Tidak cukup untuk membiayai proyek kereta api cepat Bandung-Jakarta. Tapi di pusat-pusat perdagangan UKM, jumlah Rp 1 triliun tersebut sangat berarti dalam memutar roda ekonomi 30.000 keluarga di Indonesia.