Mohon tunggu...
Hamzah Alfaris
Hamzah Alfaris Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dulu, Desa Dramaga Pusat Ikan Gurame, Sekarang Hilang ke Mana?

31 Mei 2022   01:45 Diperbarui: 31 Mei 2022   02:20 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar DramagaSumber : Dokumentasi Pribadi

Lalu, permasalahan yang tak kalah menarik untuk dikaji adalah mengenai konversi lahan. Seiring dengan perkembangan zaman, pembangunan di Desa Dramaga mulai massif dilakukan. Banyak dari kolam-kolam ikan tersebut beralih wujud  dan fungsi menjadi bangunan-bangunan perumahan.

"Saya juga terdampak dari adanya pembangunan tersebut. Kasusnya, posisi lahan (kolam) saya berada di tengah-tengah kolam yang sudah dijual untuk perumahan, mungkin gak saya bertahan diantara lahan yang sudah dijual?" ujar Heri

Seiring berjalannya waktu, pembangunan di Desa Dramaga kian marak dilakukan, lahan pertanian yang tak seberapa dan kolam-kolam ikan yang tersisa juga turut beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan rumah.

Dengan hilangnya lahan (kolam) sebagai sumber mata pencaharian masyarakat Dramaga, mereka pun harus beradaptasi dengan pekerjaan baru untuk tetap memberikan penghidupan kepada keluarga meraka. Banyak dari mereka yang beralih profesi menjadi buruh harian lepas, pegawai swasta, penyedia jasa, hingga pedagang.

Pasar DramagaSumber : Dokumentasi Pribadi
Pasar DramagaSumber : Dokumentasi Pribadi

Kini, kolam-kolam ikan yang ada di Dramaga tersisa dalam hitungan jari saja. Konversi lahan sudah terjadi disetiap penjuru Desa Dramaga. 

Beruntungnya, ditengah maraknya pembangunan yang menjadikan hilangnya potensi perikanan Dramaga, Desa Dramaga memiliki pasar yang kini menjadi jantung mata pencaharian warga setempat. 

Di kemudian hari, kolam-kolam yang tersisa juga diprediksi akan ikut menghilang. Kini warga Desa Dramaga bergantung kepada berbagai macam profesi yang mereka tekuni, termasuk bergantung pada pasar yang ada.

Penulis : Hamzah Alfaris

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun