Mohon tunggu...
Hamzah Palalloi
Hamzah Palalloi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

masih belajar menulis, masih belajar membaca dan masih belajar memberi makna. senang rasanya jika berbagi dengan orang lain. banyak berdomisili di jakarta, tetapi bermukim di Kota Baubau-Sulawesi Tenggara..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negarawan-nya Seorang Prabowo dan Kepantasan Untuk Memilihnya.

4 Juli 2014   12:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:32 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo-Hatta, Pemimpin Kita (sumber : FBPS)

Ketika nama Haji Prabowo Subianto muncul menjadi calon presiden RI di tahun 2014, maka dinamika pemikiran bermunculan tentang tokoh ini. Menariknya, persoalan demi persoalan dimunculkan agar mantan Panglima Kostrad ini dibuai dalam ayunan irama politik, yang mempersoalkan sosoknya, hingga memujinya.

Menariknya, ketika Pak Prabowo di tahun 2009 tampil sebagai Calon Wakil Presiden mendampingi Ibu Megawati Soekarnoputri, dinamikanya tak ‘sepanas’ suhu politik tahun ini. Tak ada yang menjegalnya, hingga mempersoalkan, bahkan isu-isu pelanggaran HAM terkesan beku, dingin, bahkan kala itu banyak publik  yang mengatakan, jika Pak Prabowo bukanlah sosok yang pantas menjadi Cawapres, justru sebaliknya menjadi Capres sebagai kompetitor Pak SBY dan Pak Jusuf Kalla saat itu.

Tetapi Pak Prabowo sadar dengan realitas politik saat itu, bahwa partainya tidak sebesar kekuatan Partai Golkar, Partai Demokrat  dan PDIP, dan sebagai sosok negarawan Pak Prabowo mengatakan “Apapun posisi dan peran kita, Capres atau Cawapres, demi untuk membangun bangsa ini, bukanlah sebuah persoalan. Sebab tanggung jawab membangun bangsa ini adalah tanggung jawab kita semua, tanggung jawab seluruh anak bangsa,” ujarnya kala itu.

Tak berbeda jauh dengan pernyataan lima tahun lalu, Pak Prabowo selalu saja mengeluarkan pernyataan kenegarawanannya, bahwa ia akan menghormati apapun keputusan rakyat di Pilpres ini. Bahkan selama berkampanye, ia meminta pendukungnya, agar tetap memelihara rasa kebersamaan, menjaga semangat persatuan dan kesatuan, hingga menghormati anak bangsa lainnya yang memiliki pilihan dan pandangan berbeda. “Sebab kita semua adalah bersaudara” ujar  Pak Prabowo.

Pak Prabowo bahkan menyikapi persoalan-persoalan provokasi dan fitnah yang diarahkan pada dirinya, juga pasangannya Pak Hatta Rajasa. Beliau berkata; “ Sekeras halilintar pun genderang perang yang kalian tabuhkan padaku, sebusuk bangkai pun sumpah serapah yang kalian semburkan padaku, setajam sembilu pun pedang yang kalian hunuskan padaku, sedalam palung pun kuburan yang kalian siapkan padaku, Aku tak akan berperang dengan kalian, karena kalian adalah saudaraku. Aku hanya berperang jika kalian menjadi penghianat dan perampok bangsa ini”.

Kalimat-kalimat ini adalah isyarat besar, jika Pak Prabowo dan Pak Hatta seorang negarawan besar yang tak ingin bangsa ini terpecah dengan persoalan-persoalan politik. Pak Prabowo selalu membalik adagium negative tentang politik yang selalu dipersepsikan sebagai sesuatu yang tak baik. “Politik itu adalah cara atau alat untuk mensejahterakan rakyat,” ujarnya.

Di Pintu Kemenangan Bersama Rakyat
Lalu menjadi pertanyaan, mengapa Pak Prabowo begitu di sudutkan dengan persoalan-persoalan yang selalu berkutat di arena yang tak bertepi? Tapi tak pernah ada langkah ‘skak mat’ yang mematikan perjalanan karir politiknya. Semuanya berlalu begitu saja? Seperti angin yang mendinginkan badan lalu kemudian berlalu entah kemana.

Bahkan yang paling miris ketika ada yang pengamat yang mengatakan Pak Prabowo tak pantas menjadi Presiden karena tak punya pengalaman di pemerintahan. Sungguh menggelikan. Sebab akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang justru akan memutar arah jarum sejarah. Apakah Pak Harto yang tentara juga memiliki pengalaman pemerintahan sebelum menjadi Presiden? Apakah Gusdur juga punya pengalaman di pemerintahan? Apakah Ibu Megawati punya pengalaman pemerintahan? Apakah Pak SBY sebelumnya juga punya pengalaman pemerintahan?

14044252681945654996
14044252681945654996
H. Prabowo Subianto (foto : FBPS)

Mungkin ini hanyalah ‘gurauan politik’ yang selalu membeda-bedakan persepsi dan kinerja antara pengalaman tentara dengan mereka yang berkutat di birokrasi pemerintahan. Jika kita tak ingin dianggap kerdil dalam berpikir, yang selalu membedakan antara birokrasi pemerintahan dengan karir di jenjang kelembagaan negara lainnya. Bagi penulis, ini hanyalah ‘cara’ untuk membelokkan persepsi publik, yang sebenarnya di arahkan untuk menjatuhkan popularitas dan keterpilihan Prabowo-Hatta, yang sebenarnya telah berada di pintu kemenangannya bersama segenap rakyat Indonesia.

Sebagai simpatisan Pak Prabowo-Hatta, maka menarik mengkaji ‘apa saja’ yang diperlihatkan Pak Prabowo dalam kapasitasnya sebagai tokoh yang paling layak menjadi Presiden di republik ini. Mulai dari ketika mengikuti debat Capres, dimana Pak Prabowo menampilkan dirinya bukanlah sebagai ‘pemburu’ yang ingin menjatuhkan rivalitas debatnya, bahkan ketika berusaha disudutkan dengan persoalan HAM yang selalu di arahkan padanya, Pak Prabowo tak ingin mengkambing-hitamkan seseorang, dan hanya meminta agar mempertanyakan kepada ‘atasannya’ saat itu.

Juga hal-hal teknis, Pak Prabowo bukanlah sosok tipe ‘menggurui’ rivalitasnya dan memilih mendengarkan dengan serius sembari mengeluarkan statemen-statemen menyejukkan, termasuk kepada semua audien yang menyaksikan langsung acara debat itu. Bahkan saat membahas persoalan tentang ‘ketahanan negara’ yang merupakan ‘lahapannya’, Pak Prabowo tidak menunjukkan kegigihannya untuk menujukkan detil-detil tentang Pertahanan dan keamanan. Ia malah membiarkan lawan debatnya untuk berbicara sedetail mungkin tentang apa-apa yang sesungguhnya, mungkin hanya ‘pengetahuan sesaat’ yang diperoleh dari masukan para tim sukses.

Pak Prabowo lebih memilih kalimat, bangsa ini akan dihormati bangsa lain, jika rakyatnya makmur dan sejahtera. Sebuah pernyataan mendalam dan lebih mengekspektasikan, jika pertahanan hanyalah salah satu dari seribu satu persoalan bangsa yang harus dibenahi, diperbaiki namun tetap mempertahankan hal-hal baik yang sudah dilakukan pemimpin sebelumnya.

Bahkan ketika bertanya tentang peran Indonesia di Laut Cina Selatan, dimana Indonesia memiliki kepentingan besar di dalamnya, dan lawan debatnya menjawabnya sebagai sesuatu dimana kita tak perlu masuk di dalamnya. Pak Prabowo juga tidak ‘memburunya’, meskipun pertanyaan itu sebagai isyarat jika ia memahami benar persoalan-persoalan di Laut Cina Selatan, dimana sebagaian wilayah NKRI ada di kawasan itu.

Ya itulah Pak Prabowo, tak ingin menjatuhkan apalagi mempermalukan rival debatnya. Bahkan ia kerap terlihat bertepuk tangan sebagai penghargaan kepada siapa yang menjadi lawan bicaranya. Ini bukan pencitraan. Inilah Pak Prabowo yang benar-benar menghargai keberadaan orang lain...

Prabowo Presiden, Kita Tak malu
Ini ungkapan banyak simpatisan Pak Prabowo terhadap kapasitas beliau. Dari segi bibit, bebet dan bobot, Pak Prabowo adalah putra  seorang pejuang kemerdekaan, Begawan ekonomi, memiliki kemampuan, kecerdasan, mapan ekonomi dan penampilannya yang ganteng, tegas, berwibawa dan sangat mengayomi, adalah gesture dan postur ideal seorang pemimpin besar, apalagi ia didampingi tokoh sekaliber Hatta Rajasa yang sangat kapabel di pemerintahan sebagai menteri Negara beberapa periode.

Bangsa Indonesia harusnya bangga memiliki tokoh-tokoh sekelas Pak Prabowo dan Pak Hatta, kita tak akan malu jika berhadapan dengan pemimpin-pemimpin dunia lainnya, sebab kedua tokoh ini piawai dalam memainkan peran diri dan negaranya. Kita tidak perlu larut dalam situasi menjatuhkan, toh pilihan tetap pada kita semua rakyat bangsa ini. Apalagi visi besar Prabowo-Hatta adalah menjadikan Indonesia sebagai ‘macan Asia’, sebagai konotasi Indonesia akan tampil sebagai Negara kuat di benua Asia, kuat di semua sector; ideology, politik, social budaya dan pertahanan keamanan. Dan paling terpenting bahwa rakyat Indonesia menjadi rakyat yang sejahtera, berdaulat dan bermartabat.

Karenanya jangan malu untuk memilih Pak Prabowo - Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Sebaliknya, kita harus malu jika bangsa ini digerus kekayaannya oleh bangsa asing, malu jika kita diadu oleh bangsa lain, malu jika pemimpin kita menjadi candaan bangsa lain, dan malu karena rakyat kita tak bisa bangkit dari kemiskinannya, dan karena hegemoni politik yang mendera pemimpin kita.

Karenanya Prabowo-Hatta masih yang terbaik untuk seluruh Rakyat Indonesia.

------------------------
Menteng di Pagi Hari, 4 Juli 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun