Sudah sedari dulu, segala bentuk permasalahan pangan dihadapi dengan solusi instan tanpa memikirkan dampaknya bagi rakyat. Impor dijadikan jalan pintas jangka pendek padahal hasil produksi pangan dalam negeri sendiri begitu melimpah ruah. Bukti tabiat dari sistem ekonomi neoliberal terbukti hanya memakmurkan kepentingan kapitalis di atas penderitaan rakyat.
Jika permasalahan ini tanpa adanya solusi yang real, entah bagaimana nasib para petani kedepannya. Sebab, hampir tiap tahunnya pemerintah selalu membuka kran impor meskipun berdalih dengan janji-janji manis untuk menghentikan aktivitas impor, namun semua bagai duri menusuk hati.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita kembalikan permasalahan pangan ini kepada sistem Islam. Ditambah adanya kekuatan negara yang memegang kendali serta regulasi dalam mengatur segala bentuk kebijakan terkait pemenuhan pangan dan pengolahannya. Negara pun berkewajiban memberikan kesejahteraan terutama kepada para petani dalam menggalakan hasil produksi lokal dalam negeri.
Tak hanya itu, negara pun wajib menunjukan taringnya kepada kapitalis asing dan tidak lemah dibawah tekanan asing ketika mereka memasarkan produknya di pasar domestik. Pengelolaan pangan yang dilandasi atas ekonomi Islam, dan dengan adanya kekuatan negara sebagai pemegang kendali kekuasaan akan semakin memaksimalkan potensi  kekayaan dalam negeri dan semata-mata dikembalikan untuk kepentingan rakyat.
Maka, inilah yang seharusnya diterapkan yakni kembali kepada sistem ekonomi Islam dengan landasan iman kepada Allah SWT negara akan mampu menjalankan fungsi serta perannya dalam mengurusi rakyat. Dan semua ini hanya mampu terwujud dalam bingkai khilafah Islamiyyah dengan penerapan aturannya secara kaffah dalam setiap sendi kehidupan. Wallahu A'lam Bishshowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H