4. Hari Kiamat Pendeta Mangapin Sibuea.
 Masih ingat dengan kasus Hari Kiamat jema'at Kristen di Baleendah Bandung tahun 2003 yang lalu? Pimpinan sekte tersebut yakni Pendeta Mangapin Sibuea memberitahukan kepada jema'atnya bahwa hari kiamat akan segerah tiba. Beliau kemudian menghimbau para jema'atnya untuk berkumpul disebuah gereja guna malakukan ritual penyambutan kiamat, oleh karena seluruh Jema'atnya akan diangkat ke Surga pada 10 November 2013 jam 09.00-15.00 WIB. Namun kita tahu, semua itu tidak terjadi.
Atas kasus tersebut, PGI yang menyelami pemikiran Mangapin kemudian mengeluarkan fatwa  bahwa ajaran Mangapin Sibuea adalah sesat atau tidak sesui dengan ajaran Kristen yang sesunguhnya. Polisi kemudian membubarkan  ritual jema'at tersebut karena ditakutkan akan bermuara pada tindakan kriminalitas, seperti pada kasus tragedi bunuh diri massal Guyana AS oleh Tokoh Spritual Kim Jones. Â
KONKLUSI
 Contoh-contoh diatas adalah sedikit dari buaaaanyak kejadian tentang Keyakinan Palsu yang menjabak banyak orang dalam harapan kosong.  Sudah terlalu sering kita menemukan pemikiran-pemikiran keliru tentang agama yang disampaikan lewat berbagai moment. Orang dibaui dengan hal-hal konyol dengan simbol agama. Bahkan pada tingkat ekstrem, mereka mendoktrin pengikutnya untuk melakukan tindakan-tindakan brutal atas nama agama dengan jaminan kunci surga. Dan lihatlah, berapa banyak kebutalan-kebrutalan yang terjadi atas dasar keyakinan?
Dengan demikian, sesungguhnya kita sangat membutuhkan pendapat-pendapat tandingan yang cerdas, penilaian yang objektif dari beberapa orang untuk memberikan perbandingan terhadap pendapat tokoh panutan. Â Oleh karena dalam beberapa kesempatan, Â kita sering kali memergoki beberapa pendapat dari beberapa tokoh spritual yang menurut pemikiran saya adalah keliru, sempit... dan menjurus kepada delusi bahkan radikalisme.
Sekali lagi, agama memang mengajarkan kita kepada perbuatan yang benar, tetapi kebenaran agama sering kali dipahami secara keliru, dan itu berarti menuju pada bahaya. Bahkan, sebagian orang menjadikan simbol suci agama untuk meraih keuntungan pribadi. Â Jadi jelas, dalam berkeyakinan pun orang mutlak mesti berhati-hati.
Kefatalan itu memang akan terjadi, saat orang beriman hanya sekedar ikut-ikutan, tertekan dogma... Bukan atas kajian, lagi mengabaikan Nalar.
Bukankah Tuhanmu memperingatkan: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya (ikut -ikutan) sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati akan dimintai pertanggungan jawabannya? (QS Al Isra:36).
Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H