Mohon tunggu...
Hamni Zuan Fakhriana
Hamni Zuan Fakhriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Hamni Zuan Fakhriana saya salah satu mahasiswa aktif di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ilmu Lingkungan Yang Berhubungan dengan Manajemen

24 Desember 2024   14:46 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:46 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengertian
Ilmu lingkungan adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk
hidup, termasuk manusia, dengan lingkungan fisik, biologis, dan sosialnya. Dalam kaitannya
dengan manajemen, ilmu lingkungan berfungsi sebagai dasar bagi perencanaan,
pengendalian, dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk menciptakan
keberlanjutan (sustainability). Manajemen lingkungan melibatkan penerapan kebijakan,
metode, dan teknologi untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
aktivitas manusia, baik dalam skala individu, organisasi, maupun perusahaan.
Manajemen lingkungan tidak hanya terbatas pada upaya pengendalian pencemaran,
tetapi juga mencakup perencanaan yang matang dalam pengelolaan sumber daya alam,
penggunaan energi terbarukan, hingga pelibatan masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan. Prinsip ini mendukung terciptanya keseimbangan antara pembangunan ekonomi,
tanggung jawab sosial, dan pelestarian lingkungan.
Penjelasan
Manajemen lingkungan berperan penting dalam menghadapi tantangan global seperti
perubahan iklim, polusi, dan kerusakan ekosistem. Dalam konteks organisasi atau
perusahaan, manajemen lingkungan melibatkan proses identifikasi, evaluasi, dan mitigasi
dampak lingkungan yang dihasilkan dari aktivitas organisasi. Hal ini mencakup:
1. Pengelolaan Limbah: Upaya untuk meminimalkan limbah padat, cair, maupun gas dari
kegiatan produksi. Contohnya, menerapkan teknologi daur ulang dan pengelolaan limbah
berbahaya.
2. Efisiensi Energi: Penggunaan teknologi hemat energi atau transisi ke energi terbarukan
seperti tenaga surya dan angin.
3. Pengelolaan Air: Mengurangi konsumsi air atau memurnikan air limbah sebelum dibuang
kembali ke lingkungan.
4. Jejak Karbon: Menghitung dan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan perusahaan,
misalnya melalui pengembangan transportasi ramah lingkungan.
Dalam praktiknya, manajemen lingkungan yang baik juga didukung oleh regulasi
pemerintah, seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia. Undang-undang ini mengharuskan perusahaan
untuk melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum memulai
kegiatan yang dapat memengaruhi lingkungan.
Contoh Kasus: Tumpahan Minyak Deepwater Horizon
Pada tahun 2010, terjadi kebocoran minyak di Teluk Meksiko akibat ledakan rig
minyak Deepwater Horizon yang dioperasikan oleh British Petroleum (BP). Kebocoran ini
mengakibatkan lebih dari 4 juta barel minyak tumpah ke laut selama hampir tiga bulan,
menghancurkan ekosistem laut, membunuh banyak spesies laut, dan menyebabkan kerugian
besar bagi nelayan setempat. Bencana ini menunjukkan kurangnya penerapan manajemen risiko lingkungan yang

efektif. BP menghadapi kritik global karena tidak mematuhi standar keselamatan, seperti

kurangnya pemeliharaan alat-alat pengaman. Akibatnya, perusahaan harus membayar denda

miliaran dolar dan menjalankan program pemulihan lingkungan selama bertahun-tahun.

Dari kasus ini, dapat dipelajari bahwa manajemen lingkungan yang buruk tidak hanya

merusak alam, tetapi juga reputasi dan keberlangsungan bisnis suatu perusahaan. Oleh karena

itu, perusahaan harus mengintegrasikan manajemen lingkungan ke dalam setiap aspek

operasionalnya untuk mengurangi risiko kerusakan lingkungan.

Manajemen Lingkungan di Indonesia

Di Indonesia, banyak perusahaan yang mulai menyadari pentingnya manajemen

lingkungan. Sebagai contoh, PT Pertamina mengelola hutan mangrove di beberapa wilayah

pesisir untuk memitigasi perubahan iklim dan melindungi biodiversitas. Program ini tidak

hanya berkontribusi pada pelestarian ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi

masyarakat sekitar, seperti menciptakan lapangan kerja berbasis ekowisata.

Selain itu, perusahaan manufaktur seperti PT Unilever Indonesia menerapkan konsep

“Zero Waste to Landfill,” di mana semua limbah yang dihasilkan pabrik dikelola sehingga

tidak ada yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Upaya ini menjadi contoh nyata bahwa

penerapan manajemen lingkungan dapat meningkatkan efisiensi operasional sekaligus

menjaga lingkungan.

Kesimpulan

Ilmu lingkungan yang berhubungan dengan manajemen memberikan dasar yang kuat

untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Dalam dunia modern, perusahaan tidak lagi hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi

juga harus bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan dari operasionalnya. Manajemen

lingkungan yang efektif mencakup penerapan prinsip keberlanjutan, pengelolaan limbah yang

baik, penggunaan energi terbarukan, dan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan. Dengan

mengintegrasikan ilmu lingkungan dalam manajemen, perusahaan dapat menciptakan

dampak positif bagi lingkungan sekaligus mempertahankan keberlanjutan bisnisnya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun