Mohon tunggu...
Hammam Zhofron Abdullah
Hammam Zhofron Abdullah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa sekaligus pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

How to Maximize Workforce Diversity

20 Juni 2024   08:02 Diperbarui: 20 Juni 2024   08:26 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia organisasi modern tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah Workforce Diversity, yaitu keberagaman tenaga kerja. Hal ini menjadi persoalan yang fundamental lantaran di era ini, perbadaan etnis, ras, dan budaya tidak menjadi masalah serius saat membangun suatu organisasi atau perusahaan. Workforce diversity dalam suatu organisasi, akan membawa masing-masing individu memiliki cara pandang yang bebeda mengenai lingkungan mereka. Keberagaman tenaga kerja, mengacu pada variasi komposisi tenaga kerja berdasarkan beberapa dimensi yaitu, usia, jenis kelamin, kemampuan fisik, orientasi seksual, agama, dan keyakinan budaya.

Keberagaman latar belakang anggota organisasi tentu akan mejadi tantangan baru bagi para pemimpin mereka, tentang bagaimana caranya perbedaan atau keberagaman yang hadir ditengah-tengah organisasi tersebut dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama. Workforce diversity juga dapat berpotensi untuk meningkatkan konflik organisasi sehingga memberikan tantangan tambahan bagi pemimpin untuk mengelola konflik secara fungsional.

Selain perbedaan cara pandang dan memicu konflik, orang-orang dengan kebutuhan dan harapan yang berbeda juga menghadirkan tatangan terhadap kebijakan sumber daya manusia suatu organisasi. Pemimpin akan dituntut membuat kebijakan yang menghargai dan dapat diterima oleh anggotanya.

Dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior : Integrating, Individuals, Groups, and Organizations, Joseph E. Champoux menjelaskan setidaknya ada 3 metode yang digunakan untuk memaksimalkan keberagaman tenaga kerja.

Managing Diversity

Mengelola keberagaman dengan memberikan kesempatan bagi orang-orang dengan semua latar belakangnya untuk memiliki akses yang sama terhadap kebijakan ketenagakerjaan, promosi, dan personalia.

Dalam hal ini pemimpin bertanggung jawab untuk memaksimalkan potensi dari setiap anggota dengan menyelaraskan pada latar belakangnya. Misalnya orang kulit hitam memilki hak yang sama dengan orang kulit putih. Penyandang disabilitas mungkin memerlukan situasi inklusif yang mendukung mereka. Ini dilakukan supaya lingkungan organisasi menjadi rumah kedua atau tempat yang nyaman bagi semuanya.

Value Diversity

Menghargai keberagaman disini mengacu pada cara pandang terhadap segala perbedaan yang ada. Organisasi-organisasi yang menghargai keberagaman akan  memandang tenaga kerja yang beragam menjadi keunggulan kompetitif, yang dapat dikelola untuk berkolaborasi dalam menggapai tujuan utama organisasi.

Sebaliknya, jika tidak saling menghargai maka akan timbul konflik yang lebih besar. Keberagaman yang seharusnya menjadi kekuatan untuk meningkatkan daya produktif organisasi, justru akan menjadi masalah serius jika tidak dikelola dengan benar.

Managing for Diversity

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun