Tempat air telah tumpah lalu basah
Genangannya Cermin suci tanpa harap
Jernih tenang damai namun sedikit gelisah
Itulah rautku menunggu kabar darinya...
Â
Rintik-rintik hujan bagai nada Harmonika
Mengalun indah dalam benak bunyi memerdu
Mengirama menjinakkan angin Badai
Luluh hatiku tanpa sepah sedikitpun...
Â
Betapa ku menghakimi kemunafikanku
Seolah hujan sudah kering, tak basah lagi
Betapa ku mengabaikan nada-nada itu
Seolah telah hambar, tak Romantis lagi...
Â
Rasaku semakin bingung saja
Ingin kukecup keningnya tapi,
Ingin kujamah hatinya tapi,
Aku tak semanis Cinta harapnya...
Â
Namun, salahka jika kulabuhkan kecupan
Sekali saja, lalu ku bisikkan Aku Mencintaimu..
Aku mencarimu pada Ruangmu..
Aku telah Kosong Tanpamu...Â
Sajak ini adalah cerita tentang Cinta dalam bisu, tanpa ia ketahui tanpa harus ia sadar lebih jauh.. aku sudah begitu sangat mencarinya mataku tak berhenti ingin selalu menemukannya, tapi apa daya aku begitu sangat kejam dalam bercinta, aku takut melukai Hatinya yang rapuh itu.. istirahatkanlah ia Tuhan, agar bisa kuCurikan untuknya semua Mimpi-mimpi yang indah itu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H